Kopi Bahagia

Oleh: Dahlan Iskan

Kopi Bahagia
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Lalu, di gerai tersebut, ada Nasrullah Alfarisi. Anda juga pasti masih ingat nama itu. Kalau tidak ingat berarti Anda penggemar kopi imitasi.

Baca Juga:

"Saya baru pulang malam tadi," ujarnya. Saya langsung tahu dia pulang dari mana: dari tengah laut.

Pekerjaannya memang di lapangan minyak di selat Makassar. "Tengah malam saya langsung goreng kopi-kopi ini," katanya. "Sampai pukul 02.00," tambahnya.

Dia pun menunjuk deretan tabung yang ditata seperti di lab pemeriksaan darah. Dijejer seperti itu. Hanya ukuran tabungnya sedikit lebih besar.

Saya hitung jumlah tabung di situ: 23 tabung. Isinya berbagai jenis kopi. Dari berbagai negara. Satu tabung satu jenis. Beratnya 15 gram.

Saya pun diminta merasakan meminum salah satunya. Suruh pilih. Saya bingung. Semuanya selected-limited. Saya minta salah satu yang ada di kerumunan itu untuk memilihkan.

"Yang ini," ujar Budi Liu, penggila kopi di situ. Saya ambil tabung itu. Saya baca labelnya: Finca Las Flores. ''Finca'' adalah nama kebun kopi. ''Las Flores'' adalah daerah asalnya.

Saya tahu: Pulau Flores juga menghasilkan kopi yang terkenal. Di daerah Bajawa. Maka ''Finca Las Flores'' saya kira kopi dari Pulau Flores.

Kalau di dunia, berapa harga kopi termahal? Ternyata sampai USD 10.000. Itu berarti Rp 150 juta/kilogram. Begini rasa saat meminumnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News