Korban Banjir Bandang Puncak Bogor Trauma, Melamun, Sesekali Meneteskan Air Mata
jpnn.com, BOGOR - Para perempuan dan anak-anak korban banjir bandang Puncak, Cisarua, Bogor, mulai mengalami trauma.
Tidak sedikit dari para pengungsi melamun dan sesekali meneteskan air mata.
Seperti yang terlihat di sudut kanan pengungsian sementara para korban. Nampak, seorang anak murung dan wajahnya menampakan rasa trauma.
Anak perempuan dengan baju merah sedikit basah itu tak henti-hentinya memeluk ibunya. Jemarinya merekat kuat. Melingkar memeluk pinggang sang ibu.
Pelukan itu dibalas dengan belaian. Usapan tanganya mengayun landai. Mulutnya sesekali berucap.
“Teu nanaon neng. Tong ceurik 'nya. (Enggak apa-apa, jangan nangis ya),” ucap salah satu pengungsi, Selasa (19/1) sore.
Tidak hanya itu, pemandangan haru terasa di sana. Nampak suasana pengungsian masih riuh. Para petugas, baik dari TNI, Polri, BPBD, Satpol PP mencoba mengatur pengungsi. Membagikan masker dan menjaga jarak antar-pengungsi.
Itu dilakukan lantaran Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, berstatus zona merah Covid-19.
Anak perempuan korban banjir bandang Puncak Bogor terlihat sangat trauma. Dia tak henti-hentinya memeluk ibunya. Jemarinya merekat kuat, melingkar memeluk pinggang sang ibu.
- Banjir Bandang Melanda Sejumlah Desa di Wilayah Selatan Karawang
- Bocah SD yang Terseret Arus Banjir Ditemukan Tim SAR Gabungan, Begini Kondisinya
- Sukarelawan Bantu Ridwan Kamil Tanam Pohon di Sungai, Cegah Erosi dan Banjir
- BPKP Usulkan Rancangan Kebijakan MRPN Lingkup Pemerintah Daerah
- Pengamat Tata Kota Sebut Aparat Lemah kepada Preman Bisa Hilangkan Kepercayaan Publik
- Pembongkaran Pasar Tumpah Bogor Dibatalkan, Warga Ancam Bongkar Sendiri