Korban Bom Bali 2005 Mengaku Tak Lagi Marah Kepada Pelaku
"Saya sangat beruntung selamat bisa tetap berjalan, beruntung masih bisa makan dan memiliki anak yang cantik," kata Aleta, yang kini memiliki seorang anak.
"Namun saya sedih, orang yang melakukan hal ini saya bayangkan mereka bukanlah orang yang bahagia," tuturnya.
"Memang banyak orang tidak bahagia namun orang yang melakukan hal ini adalah anak muda yang rentan dan lemah," katanya.
Aleta mengatakan meningkatkan bantuan luar negeri Austarlia, yang ditujukan langsung bagi program pendidikan dan kesehatan, justru akan lebih efektif memberantas terorisme dibandingkan dengan jalan perang.
"Miliaran dolar dikucurkan untuk biaya perang, apa yang mereka sebut perang melawan terorisme. Jika saja dana itu disalurkan bagi kesehatan, rumahsakit, sekolah, saya percaya sepenuhnya hal-hal ini akan disambut baik dan setidaknya mengurangi risiko orang untuk terjebak dalam keputusasaan," papar Aleta Lederwasch.
Warga Australia Aleta Lederwasch, yang menjadi korban peristiwa bom Bali di tahun 2005, mengaku meskipun sampai kini tidak mudah melakukan perjalanan
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Dunia Hari Ini: Kelompok Sunni dan Syiah di Pakistan Sepakat Gencatan Senjata
- Upaya Bantu Petani Indonesia Atasi Perubahan Iklim Mendapat Penghargaan
- Dunia Hari Ini: Tanggapan Israel Soal Surat Perintah Penangkapan PM Netanyahu
- Dunia Hari Ini: Warga Thailand yang Dituduh Bunuh 14 Orang Dijatuhi Dihukum Mati
- Biaya Hidup di Australia Makin Mahal, Sejumlah Sekolah Berikan Sarapan Gratis
- Rencana Australia Membatasi Jumlah Pelajar Internasional Belum Tentu Terwujud di Tahun Depan