Korban Mutilasi Alat Kelamin Perempuan di Australia Ingin Dioperasi
JOOLS masih bayi ketika ibu angkatnya melihatnya menyentuh dirinya sendiri dan memutuskan untuk memutilasi alat kelamin perempuan ini.
Jools mengatakan, orangtua angkatnya adalah ‘Kristen fundamentalis yang konservatif’, dan secara rutin menyiksanya.
Kini, sebagai korban mutilasi alat kelamin perempuan (FGM), ia adalah salah satu dari banyak pemohon akses ke operasi pemulihan klitoris – yang belum tersedia di Australia - untuk mengembalikan fungsi seksualnya.
"Sebagai dampak emosional dan psikologis, peristiwa itu pergi mengenai identitas diri Anda dan bagaimana Anda mengidentifikasi tubuh Anda serta bagaimana hal itu mempengaruhi hidup Anda," tuturnya.
Seorang perempuan yang memegang pisau untuk memotong alat kelamin. (Foto: AFP)
Tidak ada data yang pasti tentang tingkat kelaziman FGM di Australia; Pusat Multikultural bagi Kesehatan Perempuan mengatakan, bukti itu lebih anekdot dari statistik.
Namun, laporan terbaru dari Lembaga Pendidikan Nasional untuk Mutilasi/Pemotongan Kelamin Perempuan di Australia (NETFA) menemukan, aksi ini terus menurun dan tak ada bukti bahwa hal itu terjadi di negara bagian Victoria.
Dengan jumlah tindakan yang menurun, fokus bagi Australia, saat ini, adalah pencegahan, meskipun kelompok kampanye ‘No FGM Australia’ mengatakan, prioritasnya juga harus berada di operasi penyembuhan.
JOOLS masih bayi ketika ibu angkatnya melihatnya menyentuh dirinya sendiri dan memutuskan untuk memutilasi alat kelamin perempuan ini. Jools
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Didesak Percepat Ekspor Militer ke Australia
- Satu Lagi Sekolah di Australia Menutup Program Studi Bahasa Indonesia
- Dunia Hari Ini: Bom Amerika dari Era Perang Dunia II Meledak di Jepang
- Sebuah Laporan Menunjukkan Tindakan Rasisme yang Terjadi di Lembaga Penyiaran Australia ABC
- Dunia Hari Ini: Perdana Menteri Jepang Baru Akan Menggelar Pemilu Dadakan
- Dunia Hari Ini: Israel Serang Yaman, Menyebut Menargetkan Kelompok Houthi