Korban Tewas Berkurang Tiga Perempat dalam 12 Tahun

Korban Tewas Berkurang Tiga Perempat dalam 12 Tahun
Kondisi lalulintas di Tokyo. Foto: Candra Wahyudi/Jawa Pos

Sebagai produsen kendaraan, Honda tidak sekadar berkomitmen menyediakan sarana transportasi yang ekselen, tapi juga menciptakan budaya berkendara yang tertib dan disiplin. Raksasa otomotif dunia itu pun giat mengampanyekan berkendara aman atau safety riding.

’’Kami melakukannya sejak 43 tahun lalu,’’ ungkap Yoshida kepada rombongan wartawan Indonesia di Sirkuit Suzuka, Jepang, pekan lalu.

Yang tidak kalah penting adalah ketersediaan infrastruktur di jalan raya. Pemerintah Jepang benar-benar serius menyediakan sarana pendukung untuk menciptakan disiplin berlalu lintas. Keberadaan traffic light seolah menjadi kewajiban di setiap perempatan. Bahkan, di perempatan kecil yang pejalan kakinya hanya butuh beberapa langkah untuk menyeberang. Traffic light adalah salah satu senjata untuk mencegah kecelakaan.

Pejalan kaki mendapat tempat yang ’’terhormat’’. Dalam kondisi apa pun, selama tidak melanggar rambu, pejalan kaki selalu diutamakan. Pengendara selalu mendahulukan pejalan kaki yang hendak menyeberang.

Rambu-rambu seperti zebra cross dan markah adalah ’’senjata’’ lain untuk memaksa para pengguna jalan bertindak disiplin. Tidak ugal-ugalan. Pejalan kaki hanya bisa dan boleh menyeberang di zebra cross. Kalau melanggar, risikonya fatal.

Mereka bisa saja ditabrak kendaraan. Pengendara yang melanggar rambu juga harus siap-siap mendapat sanksi. Untuk pelanggaran ringan seperti melewati markah, dendanya bisa mencapai 9 ribu yen atau sekitar Rp 900 ribu.

Meski budaya berlalu lintas sudah terbentuk, kampanye safety riding di Jepang terus dilakukan. Honda, misalnya, mendirikan sekolah khusus untuk mendidik dan menyosialisasikan keselamatan berkendara. Salah satunya Suzuka Traffic Education Center (STEC) yang ada di kawasan Sirkuit Suzuka. Lembaga tersebut berdiri pada 1964, dua tahun setelah Sirkuit Suzuka dibuka untuk publik.

STEC berada di dalam area Sirkuit Suzuka. Selain materi tes praktik, peserta pelatihan mendapatkan teori di dalam kelas. Layaknya lembaga pendidikan, STEC mempunyai kurikulum khusus terkait safety riding. Tujuannya, peserta yang menimba ilmu di sana mendapatkan teknik berkendara yang baik. Program pelatihan diberikan secara kontinu dan menyasar banyak kalangan. Mulai profesional sampai masarakat umum.

BUDAYA disiplin dan santun dalam berlalu lintas menjadi kunci sukses Jepang mengurangi angka kecelakaan. Meski jumlah kendaraan terus meningkat,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News