Korupsi dan Nepotisme, Pemicu Krisis Ekonomi

Siklus Krisis Ekonomi jadi Pelajaran

Korupsi dan Nepotisme, Pemicu Krisis Ekonomi
Korupsi dan Nepotisme, Pemicu Krisis Ekonomi
JAKARTA - Berkali-kali bangsa Indonesia diterpa krisis ekonomi. Dampaknya berpengaruh pada sistem perkenomian secara menyeluruh di tingkat masyarakat. Salah satu pemicu utama krisis ekonomi itu, ternyata adalah masih tingginya praktek korupsi dan nepotisme dalam sistem keuangan negara.

Hal inilah yang antara lain disampaikan oleh VP Investor Relation and Senior Economist PT Bank Negara Indonesia (Persero), Ryan Kiryanto, dalam pemaparannya saat menghadiri seminar "Pengawasan Perbankan dalam Sistem Keuangan Nasional" di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (15/2). Ryan mengatakan bahwa pelajaran dari berbagai krisis yang telah terjadi selama ini, menunjukkan bahwa masih lemahnya penerapan manajemen resiko, inefesiensi di pasar keuangan, pengaturan dan pengawasan sistem keuangan yang tidak efektif.

"Yang paling memberi pengaruh adalah masih tingginya tingkat korupsi dan nepotisme dalam sistem keuangan, yang telah menyebabkan biaya informasi dan biaya transaksi dalam sistem keuangan menjadi sangat tinggi dan tidak mencerminkan harga yang sebenarnya. Inilah yang bisa memicu terjadinya krisis ekonomi," jelas Ryan.

Selain itu, krisis juga disebutkan terjadi karena sistem keuangan di negara ini tidak stabil, rentan terhadap gejolak internal maupun eksternal, serta tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya. "Kita harus banyak-banyak belajar pada krisis ekonomi di Indonesia yang sifatnya seperti siklus. Tahun 1997, saat Asia mengalami krisis, Indonesia merasakan dampaknya. Begitu pula saat tahun 2007 ketika terjadi krisis secara global, lagi-lagi Indonesia merasakan magnitude-nya. Siklus inilah yang harus semakin kita waspadai dengan sistem pengawasan menyeluruh," tegas Ryan.

JAKARTA - Berkali-kali bangsa Indonesia diterpa krisis ekonomi. Dampaknya berpengaruh pada sistem perkenomian secara menyeluruh di tingkat masyarakat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News