Kota Imigran

Klan Cabrogal dari suku Darug adalah suku tradisional di tanah yang kini disebut Liverpool. Anggota suku ini masih aktif, meski mereka menikah atau berasilimiasi dengan orang lain menjadi komunitas besar yang berkembang.
Pemerintahan lokal Liverpool, atau sebutannya Liverpool City Council juga mengakui jika tanah yang mereka tinggali pernah digunakan oleh suku Dharawal dan Dharuk.
Glen mengatakan pertumbuhan populasi modern di Liverpool juga disebabkan karena keberagaman dari para pendatang dan pencari suaka yang mencoba keluar dari masalah di negara asal mereka.
“Liverpool selalu sebuah kota imigran," ujar Glen.
“Setiap dekadenya kita punya gelombang migrasi dari kawasan dunia yang berbeda. Mereka membawa keberagaman budaya ke sini, toko-toko, restoran Mannoush [pizza]."
Tapi ada kekhawatiran jika perubahan cepat ini akan berdampak pada sejarah dan karakter dari kota tua ini, yang pernah menjadi debat di Facebook, saat sebuah gedung yang dibangun di tahun 1920- dihancurkan pada tahun 2017 dan hanya disisakan sebagian dindingnya saja.
"Masih bisa ada yang diperbaiki, kita bisa melakukannya lebih baik … kita harus menjaga keseimbangan antara melindungi masa lalu dan melihat ke depan," katanya.
“Saya tidak mau terlalu optimis jika tempat ini akan tetap nyaman untuk ditinggali karena pembangunan dan jumlah populasi yang berlebihan."
Dengan lebih dari 120 suku dan 140 bahasa yang dipakai, kawasan di Australia ini menjadi saksi bagaimana para pendatang berjuang dan berharap untuk mencapai mimpi mereka
- Lady Gaga Bakal Gelar Konser di Australia Akhir Tahun Ini
- Dunia Hari Ini: Tiongkok Akan 'Melawan' Tarif yang Diberlakukan Trump
- Dunia Hari Ini: Serangan Israel Tewaskan 32 Warga Gaza dalam Semalam
- Dunia Hari Ini: Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diturunkan dari Jabatannya
- Babak Baru Perang Dagang Dunia, Indonesia Jadi 'Sasaran Empuk'
- Dunia Hari Ini: Barang-barang dari Indonesia ke AS akan Dikenakan Tarif 32 Persen