KPAI: Pengeroyokan dan Tawuran Kembali Terjadi Setelah PTM Berlaku
jpnn.com, JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti mengatakan pengeroyokan dan tawuran pelajar marak terjadi setelah pembelajaran tatap muka (PTM) berlaku.
Dia menjelaskan situasi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung tidak menghentikan para remaja terlibat tawuran.
"Selain tawuran, ada peristiwa pengeroyokan remaja terhadap seorang remaja yang videonya viral, seperti terjadi di alun-alun Kota Semarang dan di Kota Cimahi," kata Retno, Jumat (24/6).
Mantan Kepala SMA Negeri 3 Jakarta itu menerangkan dua jenis kekerasan yang kerap dilakukan pelajar.
Jenis pertama ialah pengeroyokan yang terjadi melibatkan seorang korban dan sekelompok orang pelaku.
"Pengeroyokan biasanya tangan kosong, pelaku dan korban saling mengenal. Pengeroyokan umumnya dipicu kasus sepele, misalnya masalah asmara, kalah main game, bully di dunia maya, dan lain-lain," tutur Retno.
Jenis kekerasan remaja lainnya ialah tawuran yang umumnya melibatkan dua kelompok dan menggunakan senjata tajam.
"Tawuran pelajar kerap diawali dengan kesepakatan waktu dan tempat untuk melakukan tawuran di dunia maya. Jam tawuran juga biasanya sore atau malam hari di luar jam sekolah," ujar Retno.
Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan pengeroyokan dan tawuran pelajar marak terjadi setelah pembelajaran tatap muka (PTM) berlaku.
- Maling Motor Ini Incar Kendaraan Milik Pelaku Tawuran, Modus Sebagai Polisi
- Ini Lho Tampang Pengeroyok Anggota TNI Pratu Azis Purwanto
- 8 Pengeroyok Anak yang Dituduh Curi Pakaian Dalam Ditangkap
- 2 Suporter Persijap Jepara Tersangka Pengeroyokan Warga Kudus
- Fakta Penembakan Gamma Terungkap, Tak seperti Omongan Kapolrestabes Semarang
- Ini Lho Rekaman CCTV Polisi Tembak Siswa SMKN 4 Semarang, Tak Ada Tawuran