KPAI Temukan Hal Gawat di Rusun Marunda, Mengancam Anak-Anak
jpnn.com, JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima informasi terkait pencemaran batu bara di Rusun Marunda yang terdampak pada kesehatan warga terutama anak-anak.
Aduan ini dilaporkan oleh anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Jhonny Simanjuntak kepada Komisioner KPAI Retno Listyarti.
Akibat pencemaran batu bara tersebut, warga mendapat berbagai macam penyakit dan masalah mulai dari masalah pernafasan (ISPA), gatal-gatal pada kulit, ruang bermain anak yang penuh abu batu bara.
Saat mendapat informasi tersebut, Retno melakukan pengawasan pada pagi sampai siang hari di sekolah satu atap yang terdiri dari SDN Marunda 05, SMPN 290 dan SLB Negeri 08 Jakarta Utara pada Kamis (10/3).
Menurut dia, gunungan batu bara dapat disaksikan dengan sangat jelas dari lantai empat SMPN 290 Jakarta.
“Para guru dan kepala sekolah dari 3 satuan pendidikan tersebut mengakui bahwa abu batu bara sangat menganggu aktivitas di sekolah. Debu di lantai harus disapu dan dipel sedikitnya 4 kali selama aktivitas PTM berlangsung dari pukul 6.30 sampai 13.00 WIB, karena ada sistem shift dalam PTM”, ujar Retno dalam keterangannya.
Retno menyebutkan penjaga sekolah dan para petugas pembersih bersaksi bahwa abu batu bara mereda jika hujan, namun ketika udara panas maka abu tersebut terbawa angin dan mengotori semua ruang kelas dan benda-benda di dalamnya.
Apalagi jika tidak ada aktivitas pembelajaran pada hari sabtu dan minggu, debu batu bara menumpuk dengan ketebalan bisa mencapai hampir satu sentimeter.
KPAI menerima informasi hal yang membahayakan anak-anak di Rusun Marunda, Jakarta.
- Kasus Suap Seleksi PPPK Batu Bara, 5 Terdakwa Divonis 1 Tahun Penjara
- Sustain Sebut Peningkatan Pungutan Batu Bara Bisa Dialokasikan untuk Transisi Energi
- Restitusi Berduit
- Haris Azhar Minta Aktivitas Tambang Batu Bara Perusahaan Ini di Musi Banyuasin Dihentikan
- Keinginan Prabowo Kurangi Penggunaan Batu Bara di 2040 Disambut Baik
- Airlangga Sebut Indonesia Berpotensi jadi Pusat 'Critical Minerals & Renewable Energy'