KPK Rampas Aset Terpidana Korupsi di Korlantas Polri, Nilainya Puluhan Miliar
jpnn.com, JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) merampas sejumlah aset milik Budi Susanto terpidana kasus korupsi pengadaan Simulator SIM di Korlantas Polri yang telah berkekuatan hukum tetap sesuai putusan Mahkamah Agung (MA).
Adapun perincian barang rampasan yang diterima lembaga antirasuah dari Direktur PT Citra Mandiri Metalindo Abadi (PT CMMA) itu berupa rumah hingga uang tunai. Apabila diakumulasi, nilainya mencapai puluhan miliar.
"Telah melaksanakan putusan Mahkamah Agung RI Nomor: 1452 K/Pid.Sus/2014 pada 13 Oktober 2014 dengan terpidana Budi Susanto yang telah berkekuatan hukum tetap dalam perkara Simulator SIM Korlantas Polri," kata Plt Juru Bicara KPK Ali Fikri dalam keterangannya, Rabu (18/8).
Aset yang dirampas KPK, pertama ialah satu unit rumah berupa tanah dan bangunan di Jalan Agung Karya V Blok A No. 15 Jakarta Utara.
Berdasarkan Laporan Hasil Penilaian dari tim penilai KPKNL Jakarta III mempunyai harga wajar Rp 56.745.558.000.
Kemudian, satu unit rumah (tanah dan bangunan) di Jalan Gempol Sari, Kelurahan Cigondewah Kaler dan satu unit rumah (tanah dan bangunan) di Jalan Cigondewah Blok Cibiut. Berdasarkan Laporan Hasil Penilaian dari Tim Penilai KPKNL Bandung mempunyai harga wajar Rp 28.411.084.000.
Selanjutnya, Budi juga membayar sejumlah kekurangan dari putusan MA untuk uang pengganti mencapai total Rp 3.113.284.695.
Fikri menambahkan pihaknya juga sudah melelang satu unit mobil Kijang Innova V AT Diesel tahun 2012 seharga Rp 177 juta.
KPK merampas sejumlah aset milik Budi Susanto, terpidana kasus korupsi pengadaan Simulator SIM di Korlantas Polri.
- Mau Berubah?
- Pimpinan KPK Sudah Dipilih, Alexander Marwata: Mustahil Bersih-bersih dengan Sapu Kotor
- Sahroni Desak Kejagung Sikat Semua yang Terlibat Kasus Ronald Tannur hingga Tingkat MA
- 2 Bos PT Damon Indonesia Berkah Diduga Jadi Makelar Pengadaan Bansos Presiden
- KPK Dalami ke Mana Saja Wali Kota Semarang Mbak Ita Menukar Uang
- 5 Berita Terpopuler: Kabar Gembira, Honorer Tercecer dan Database Bisa Seleksi PPPK, Jumlah Peserta jadi Makin Banyak