KPPU Cium Aroma Permainan Bandar Cabai

KPPU Cium Aroma Permainan Bandar Cabai
Cabai. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

"Sementara untuk mencukupi kebutuhan cabai di Kabupaten Malang, mendatangkan dari luar. Inilah yang menyebabkan harga cabai mahal dan terjadi permainan," tuturnya.

"Cabai memang menjadi salah satu kebutuhan wajib yang tidak bisa tergantikan oleh komoditas lainnya. Sekalipun harga naik, masyarakat tetap membeli," sambungnya.

Agar ke depan harga cabai tidak melonjak lagi, harus ada perencanaan musim tanam. Sehingga ketika permintaan tinggi seperti saat lebaran, stok cabai tersedia banyak. Selain itu juga harus ada restrukturisasi pasar terkait regulasi atau aturan.

"Berdasarkan hitungan, maksimal kenaikan harga cabai mencapai hanya Rp 80 ribu per kilogram. Tidak harus sampai Rp 120 ribu," urainya.

Ia menambahkan, adanya permainan harga cabai ini, karena distributor mendatangi para petani.

Mereka merayu petani untuk segera menjual cabainya kepada mereka. Petani ditakuti kalau harga cabai akan merosot jika tidak segera dijual.

"Soal kenaikan harga cabai, sebetulnya petani tidak ikut terlibat. Karena harga cabai merupakan permainan para bandar. Untuk mencegahnya, maka rantai pasokan cabai dari petani ke pedagang harus dipotong, dengan cara melelang," paparnya.(agp/ary)


Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menduga ada permainan bandar (pengepul) cabai, yang memicu harga "si pedas" sempat mencapai Rp 120 ribu per


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News