Krakatau Steel Disuntik Dana Asing
Rabu, 25 Agustus 2010 – 02:20 WIB
Fazwar mengatakan, KS memang terlambat melakukan revitalisasi sehingga dampaknya dirasakan pada saat ini. "Kita terlambat melakukan upgrading secara kesinambungan. Sementara kita dihadapkan pada perubahan lingkungan bisnis, energy mahal dan langka, harga bahan baku menjadi lebih mahal lagi, dan jenis produk yang diminta lebih shopisticated. Untuk itu kami perlu melakukan revitalisasi yang signifikan," ulasnya.
Baca Juga:
Seharusnya, kata Fazwar, perusahaan yang berusaha menghasilkan keuntungan juga memperhitungkan beban depresiasi sehingga ada penyisihan dana. "Penyisihan dana ini idealnya untuk Capex (Capital Expendeture) secara berkala dan secara rutin idealnya ada program penyesuaian kondisi peralatan, teknologi yang berkesinambungan, sehingga pabrik tersebut selalu dalam keadaan prima," tuturnya.
Dengan begitu Fazwar yakin KS bisa secara bertahap menyesuaikan daya saingnya seiring dengan perubahan teknologi. Sementara sekarang, meskipun terlambat, KS berupaya berlari kencang mempertipis ketertinggalan baik terhadap daya saing maupun teknologi.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil, dan Aneka (ILMTA) Kementrian Perindustrian, Anshari Bukhari, mengatakan dengan penambahan kapasitas yang ada termasuk hasil kerjasama join venture dengan Posco, pada 2014 KS belum bisa memenuhi kebutuhan baja domestik. Saat ini, kata Anshari, 40 persen kebutuhan baja adalah berasal dari impor. "Masih terbuka untuk investasi lagi," ujarnya.