Kramat Tunggak, Kawasan Merah yang Kini Jadi Pusat Dakwah

Mantan PSK Jadi Pedagang, Tukang Parkir Jadi Takmir

Kramat Tunggak, Kawasan Merah yang Kini Jadi Pusat Dakwah
Kramat Tunggak, Kawasan Merah yang Kini Jadi Pusat Dakwah
Seorang takmir Masjid JIC, Inang Mulki, menceritakan, sejak fasilitas masjid dan kompleks Islam itu diresmikan pada 2003, warga setempat mulai merumuskan langkah untuk mengusir pada kupu-kupu malam dari lokasi mangkal mereka. Berbagai cara ditempuh agar praktik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi itu berhenti. ''Warga seperti saya dulu memang bekerja di sini (lokalisasi, Red). Tapi, setelah semua tutup, kami sadar bahwa harus ada perubahan,'' terangnya.

Beberapa langkah itu, antara lain, memasang lampu penerangan yang lebih banyak di sepanjang Jalan Kramat Raya. Selain itu, warga juga mengintensifkan patroli di bibir-bibir trotoar untuk mengusir para PSK yang lazimnya berpartner dengan para tukang ojek di sekitar jalan tersebut. ''Itu berlangsung sejak 2004. Kami didukung Pemda Jakarta Utara,'' tutur pria 30 tahun itu.

Tak berhenti sampai di situ. Warga yang sudah benar-benar gerah akan praktik esek-esek itu memberikan kesempatan bagi para pedagang asongan dan kaki lima untuk membuka pasar kaget tiap akhir pekan. Akibatnya, jalanan yang sebelumnya sepi menjadi ramai dan padat dengan kegiatan. ''Karena ramainya lokasi di sepanjang jalan ini, PSK mulai risi dan lama-lama menyingkir dengan radius lebih jauh dari JIC,'' kata Inang.

Tapi, langkah yang terakhir tersebut ternyata juga berdampak negatif. Jalanan seluas enam meter tersebut menjadi langganan macet ketika pasar kaget dimulai. Selain itu, sampah yang timbul akibat pasar itu juga kerap mengganggu aktivitas warga pada pagi harinya. ''Namun, itu risiko,'' ujarnya lantas tersenyum.

Kawasan Kramat Tunggak pernah menjadi pusat prostitusi terbesar di Jakarta. Setelah diratakan dengan tanah pada akhir 1999, kawasan merah itu kini

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News