Kredit Bermasalah Sektor Tambang dan Manufaktur Bertambah
jpnn.com - JAKARTA – Penyaluran kredit perbankan hingga akhir tahun nanti diprediksi tak akan menggembirakan. Kredit perbankan diprediksi bakal menurun sebesar 7-9 persen.
Penurunan kredit berasal dari pinjaman dalam mata uang asing.
”Kredit valas negatif, kredit rupiah positif. Pengaruh valas negatif itu menurunkan pertumbuhan kredit,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo akhir pekan lalu.
Penurunan kredit dalam valuta asing terjadi karena kondisi perekonomian global masih lemah. Akibat lesunya permintaan mitra perdagangan global, nilai ekspor domestik turun.
Kondisi diperburuk dengan harga-harga komoditas ekspor yang melemah. ”Demand tidak tinggi, dampaknya jadi seperti itu,” terang mantan menteri keuangan tersebut.
Meski tahun ini kondisi perekonomian belum sepenuhnya pulih, Agus optimistis kondisi tahun depan bakal lebih baik. Pertumbuhan kredit tahun depan diprediksi mencapai double digit pada kisaran sebelas persen.
Meski demikian, Agus menekankan, realisasi pertumbuhan kredit bergantung pada pertumbuhan ekonomi yang disepakati 5,1 persen pada RAPBN 2017.
Jika pertumbuhan ekonomi tumbuh di atas 5,1 persen, terbuka kemungkinan pertumbuhan kredit lebih dari sebelas persen. Misalnya, pertumbuhan ekonomi dipatok 5,2 persen dan kredit diprediksi tumbuh 12 persen.
JAKARTA – Penyaluran kredit perbankan hingga akhir tahun nanti diprediksi tak akan menggembirakan. Kredit perbankan diprediksi bakal menurun
- IDXSTI Hadirkan AI untuk Pelaporan Keberlanjutan Emiten
- Telkomsel Gelar Program Poin Gembira Festival, Hadiahnya Menggiurkan
- Sektor Properti di Batam Diprediksi Meningkat di 2025
- Cluster Louise di Summarecon Serpong Dipasarkan Mulai Rp 3,6 Miliar, 48 Unit Ludes Terjual
- 134 Perwira PIP Semarang Ikut Pelantikan Terpadu Kemenhub 2024
- Bea Cukai Berikan Fasilitas KITE ke Perusahaan Pengolah Plastik Ini