Kripto
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Maka, agama menjadi kunci dari esensi keteraturan dan struktur bagi umat manusia, dan pemimpin-pemimpinnya adalah mereka yang paling dekat dari keyakinan itu.
Manusia purba adalah makhluk nomadik, menjelajahi daratan untuk mencari makanan dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain sepanjang musim-musim untuk makan dan mencukupi kebutuhan.
Ketika kita merasa kekurangan stok makanan, atau ketika komunitas lain mempunyai hal-hal yang lebih baik, manusia menciptakan sistem barter untuk mempertukarkan nilai dengan satu sama lain.
Perdagangan barter bekerja dengan baik dan memungkinkan komunitas-komunitas yang berbeda menjadi sejahtera dan bertahan hidup.
Sistem barter diganti dengan sistem uang setelah manusia menjadi sedenter yang hidup menetap dalam kelompok-kelompok yang lebih besar dan bercocok tanam. Struktur pertanian dan permukiman memperkenalkan sebuah revolusi dalam cara umat manusia bekerja.
Sebelumnya, manusia mencari makanan dan memburu, kini, mereka menetap dan bertani bersama.
Kegiatan bertani menghasilkan kelimpahan, dan kelimpahan menghilangkan sistem barter. Sistem barter tidak lagi bekerja dengan baik karena orang tidak dapat mempertukarkan sesuatu yang telah dimiliki orang lain.
Maka, muncul kebutuhan akan sebuah sistem baru, dan pemimpin agama---atau pemerintah---pada masa itu meresponsnya dengan menciptakan uang.
Mata uang kripto sebagai alat investasi memiliki banyak kekurangan dari sisi syariat Islam.
- MUI Imbau Umat Islam Pilih Pemimpin yang Berintegritas, Tidak Terima Suap dan Politik Dinasti
- Bitget Capai Volume Perdagangan & Trader Aktif Harian Tertinggi di Tengah Kenaikan Pasar
- Pintu Pro Futures Hadirkan Perdagangan Derivatif Crypto
- Upbit Indonesia Dukung Generasi Muda di Bidang Olahraga Kancah Internasional
- Gerakan Boikot Jangan Dimanfaatkan untuk Persaingan Bisnis
- Harga Bitcoin Terus Melambung Kalahkan Perak