Krisis Air Ancam Ketahanan Pangan
Kamis, 17 Desember 2009 – 17:46 WIB
JAKARTA – Hingga saat ini, Pulau Jawa masih tetap sebagai penyumbang terbesar bagi produksi ketahanan pangan nasional khususnya beras. Namun, seiring dengan kerusakan hutan dan terjadinya krisis air, predikat itu perlu diantisipasi. Apalagi dengan pertumbuhan penduduknya yang mencapai 1,3 persen per tahun, lahan pertanian terus berkurang karena beralih fungsi menjadi pemukiman sehingga ketahanan pangan Indonesia terancam.
“Kondisi ini perlu diantisipasi agar ketahanan pangan nasional bisa terjaga,” kata Suhartanto, Staf Ahli Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (Dirjen PLA) Departemen Pertanian saat berbicara di diskusi Gedung Manggala Wana Bakti, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta, Kamis (17/12).
Secara nasional, Pulau Jawa menyumbang produksi padi 54 persen dari 60 juta ton per tahun atau sekitar 32,34 juta ton per tahun. Diikuti Pulau Sumatera 13,5 juta ton, Sulawesi 6,56 juta ton, Kalimantan 4,35 juta ton, dan Bali serta Nusa Tenggara 3,18 juta ton.
Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (Dirjen RLPS), Indriastuti mengatakan luas kawasan hutan di Pulau Jawa 3,04 juta hektar terus berkurang. Mengutip hasil identifikasi dan inventarisasi Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) tahun 2006, Indriastuti mengatakan lahan kritis di Pulau Jawa mencapai 1,4 juta hektar.
JAKARTA – Hingga saat ini, Pulau Jawa masih tetap sebagai penyumbang terbesar bagi produksi ketahanan pangan nasional khususnya beras. Namun,
BERITA TERKAIT
- Kapolda Sulsel Diminta Memenuhi Undangan Klarifikasi dari Kompolnas Soal Dugaan Intimidasi Wartawan
- Soal Isu Pembubaran MLB NU, Ini Pesan Gus Salam untuk GP Ansor, Banser, dan Pagar Nusa
- Menaker Ida: Saya Yakin Depenas Mampu Wujudkan Ketenagakerjaan Berdaya Saing
- Pembunuhan Gadis Penjual Gorengan di Padang Pariaman, Terduga Pelaku Mengerucut
- AstraZeneca Komitmen Wujudkan Ambisi Nol Karbon Perusahaan
- Bayar Rp 1 Miliar Cuma Dapat 9 Suara saat Pemilu, Caleg PKS Merasa Ditipu