Krisis Air Ancam Ketahanan Pangan

Krisis Air Ancam Ketahanan Pangan
Krisis Air Ancam Ketahanan Pangan
JAKARTA – Hingga saat ini, Pulau Jawa masih tetap sebagai penyumbang terbesar bagi produksi ketahanan pangan nasional khususnya beras. Namun, seiring dengan kerusakan hutan dan terjadinya krisis air,  predikat itu perlu diantisipasi. Apalagi dengan pertumbuhan penduduknya yang mencapai 1,3 persen per tahun, lahan pertanian terus berkurang karena beralih fungsi menjadi pemukiman sehingga ketahanan pangan Indonesia terancam.

“Kondisi ini perlu diantisipasi agar ketahanan pangan nasional bisa terjaga,” kata Suhartanto, Staf Ahli Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air (Dirjen PLA) Departemen Pertanian saat berbicara di diskusi Gedung Manggala Wana Bakti, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta, Kamis (17/12).

Secara nasional, Pulau Jawa menyumbang produksi padi 54 persen dari 60 juta ton per tahun atau sekitar 32,34 juta ton per tahun. Diikuti Pulau Sumatera 13,5 juta ton, Sulawesi 6,56 juta ton, Kalimantan 4,35 juta ton, dan Bali serta Nusa Tenggara 3,18 juta ton.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial (Dirjen RLPS), Indriastuti mengatakan luas kawasan hutan di Pulau Jawa 3,04 juta hektar terus berkurang. Mengutip hasil identifikasi dan inventarisasi Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) tahun 2006, Indriastuti mengatakan lahan kritis di Pulau Jawa mencapai 1,4 juta hektar.

JAKARTA – Hingga saat ini, Pulau Jawa masih tetap sebagai penyumbang terbesar bagi produksi ketahanan pangan nasional khususnya beras. Namun,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News