Krisis Bius

Oleh: Dahlan Iskan

Krisis Bius
Dahlan Iskan. Foto/ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

Kontrak kerjanya di RS Hillers berlaku satu tahun. Remi sudah memperpanjang dua kali. Tiga tahun. Dia tidak mau lagi kontrak untuk tahun keempat. Terlalu berat.

Baca Juga:

Usulannya untuk menambah dokter anestesi selalu diterima tetapi tidak pernah ada dokter yang datang.

Kewajiban Remi mengabdi di NTT masih harus dua tahun lagi. Dia pilih akan tetap mengabdi di NTT tetapi di kabupaten lain. Sementara ini dia "menganggur". Tanpa penghasilan.

Dia merawat mertua yang sakit –sebagai pengganti istrinya yang dinas di Kalteng. Sang putri mertua, istri Remi, juga dokter spesialis. Tugasnya di Palangkaraya.

Dua-duanya putra daerah asli Sikka. Kalau Remi lahir di pulau Yosefina lahir daratan Flores –sekitar 15 km sebelah timur Maumere.

Tentu Anda sudah bisa menebak: mengapa tidak ada dokter ahli anestesi yang mau ditempatkan di RSUD Hillers. Insentifnya kecil. Bebannya besar. Ukuran besar-kecil ini bandingannya adalah Ende atau Ruteng. Itu kabupaten tetangga.

Nilai insentif itu hanya setengahnya. Di Ende bisa Rp 45 juta/bulan. Di Maumere Rp 20 juta.

Direktur RSUD Hillers, seorang wanita. dr Clara. Dokter umum. S-2 di bidang kesehatan masyarakat. Clara orang baik. Dia setuju dengan usulan penambahan dokter anestesi. Agar biarpun insentif tidak naik tetapi beban bisa berkurang.

Bupati Sikka Juventus Prima Yoris Kago, kena getahnya. Begitu terpilih dia kalang kabut. Dia sudah langsung setuju penambahan dokter anestesi. Tidak bisa dapat.

JPNN.com WhatsApp

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News