Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja Warga Inggris (1)

Pindah Pasar Swalayanmu, Bukan Gaya Hidupmu

Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja Warga Inggris (1)
Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja Warga Inggris (1)
Angela Taylor, seorang warga London, yang ditemui Jawa Pos tampak bersorak sambil memasukkan barang-barang belanjaan ke mobilnya yang mengkilat. ''Empat puluh poundsterling (sekitar Rp 655 ribu) untuk 50 barang,'' katanya sambil meneliti kertas struk belanjanya dengan tidak percaya.

Selama ini ibu muda itu selalu berbelanja di Tesco, supermarket terbesar Inggris. Hingga suatu saat, tetangganya mengajak dia berbelanja ke Aldi. ''Sebelumnya saya tidak pernah mengecek harga di toko lain. Tapi, sekarang saya tidak akan pernah belanja lagi di Tesco,'' tekadnya sejak berbelanja ke Aldi.

Helen Smith juga tidak kalah gembira dengan Aldi yang membuat program diskon di bagian sayur-mayur dan buah-buahan. Sebab, anak laki-lakinya baru pindah ke rumah sendiri sehingga pengeluaran sang anak akan bertambah. ''Hari ini saya membeli paprika, plums, dan anggur yang dijual hanya 69 pence per bungkus. Saya akan tunjukkan kepada anak saya struk 2,06 poundsterling untuk belanjaan saya. Padahal, dia menghabiskan 2,06 poundseterling hanya untuk anggur di Waitrose,'' kata ibu pensiunan itu.

Tahu banyak warga Inggris yang melirik ke jaringan pasar swalayannya, Aldi yang kantor pusatnya berada di Jerman gencar berpromosi. Salah satu di antaranya dengan menempelkan poster di pintu masuk tokonya. Isi pesannya: membandingkan harga satu keranjang berisi belanjaan di tokonya dan di supermarket lain: Tesco 44 GBP (poundsterling), ASDA 46,05 GBP, Sainsbury 48,15 GBP; dan Morrison 50 GBP. Sementara Aldi dengan keranjang yang sama isinya, susu, daging asap, tisu, roti tawar, hingga krem antikeriput hanya dijual 37,47 GBP!

Warga Inggris dulu dikenal sangat menjaga gengsi dan prestise ketika memilih tempat belanja yang sesuai dengan status sosial mereka. Namun, krisis

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News