Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja Warga Inggris (3-Habis)

Pergi ke Turki, Pemimpin Oposisi Dianggap Bermewah-mewah

Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja Warga Inggris (3-Habis)
Krisis Global Mengubah Gaya Berbelanja Warga Inggris (3-Habis)
Seperti yang dilihat  Jawa Pos,  beberapa kantor agen wisata terlihat sepi. Poster-poster dengan huruf berukuran besar berbunyi “January Sale” untuk wisata luar negeri tetap tidak membantu. Wisata ke Australia selama 17 hari yang sudah dibanting menjadi “hanya” 1.199 poundsterling atau sekitar Rp 19,5 juta, misalnya, sepi peminat.

Fenomena itu termasuk hal yang tidak biasa. Sebab, selama ini warga Inggris menganggap liburan minimal sekali dalam setahun bukan sebuah kemewahan. Ini sebagai keniscayaan atas kerja keras mereka mencari nafkah. “Anda bisa hidup tanpa membeli mobil baru atau lemari es paling modern. Tapi, liburan bukanlah kemewahan. Bahkan, itu menjadi hal terakhir untuk dicoret saat krisis ekonomi,” kata Malcolm Bell, direktur South West Tourism, sebuah kawasan wisata paling ramai di Inggris, kepada The Times.

Malcolm Bell adalah salah seorang yang getol mengajak warga Inggris untuk tetap berwisata, terutama staycation alias menjadi wisatawan domestik di negeri sendiri.

Selain memilih staycation, warga Inggris saat ini juga mengurangi makan di luar (restoran) dan lebih  sering memasak sendiri di rumah. Bahkan, acara-acara keluar rumah, seperti nonton bareng di bioskop atau pergi ke bar, diganti dengan  mengundang teman makan bersama di rumah. Hiburannya, main game bersama atau nonton DVD.

Krisis bukan hanya memukul industri retail, tapi juga bisnis wisata dan  hospitality seperti restoran. Mereka tertantang untuk menemukan kiat

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News