Krisis Menerjang Kakadu, Taman Nasional Terbesar di Australia

Kawasan Kakadu dihuni sekitar 300-an warga Aborigin dari 18 suku yang berbagi kepemilikan atas taman nasional ini.
Tanah tersebut dikelola bersama oleh pemilik tradisional Kakadu dan badan pemerintah federal, Parks Australia. Tapi hubungan kedua pihak ini memburuk. Pemilik tradisional menyebut pengelolaan bersama ini dalam kondisi yang parah.
Salah satu contoh rusaknya hubungan itu adalah Parks Australia membangun jalur pejalan kaki di dekat Air Terjun Gunlom yang membuka bagian sensitif dari situs suci warga Aborigin.
Pada Juli tahun lalu, sekelompok penjaga taman dari warga Aborigin menyatakan kekhawatiran mereka kepada Parks Australia. Mereka mempermasalahkan penutupan lokasi, pemeliharaan, pemutusan hubungan kerja, kurangnya pekerjaan untuk penduduk asli dan sejumlah kebakaran yang tidak terkendali di dalam taman.
Dalam surat tersebut, warga Aborigin ini menyebutkan akibat pengurangan staf, tidak cukup tenaga yang tersedia untuk memadamkan kebakaran tahun 2019 yang menyebabkan kerusakan rumah dan peralatan.
Pada bulan Desember lalu, ancaman yang dihadapi Kakadu diungkapkan oleh Serikat Internasional untuk Konservasi Alam, badan yang memantau situs Warisan Dunia.
Sebuah kisah pahit hilangnya kepercayaan dan salah kelola atas taman nasional terbesar di Australia
- Paus Fransiskus, Pemimpin Gereja Katolik yang Reformis, Meninggal Dunia pada Usia 88 tahun
- Dunia Hari Ini: PM Australia Sebut Rencana Militer Rusia di Indonesia sebagai 'Propaganda'
- Menteri Hanif Faisol Keluarkan Aturan Pembayaran Jasa Lingkungan
- Gagasan Kapolda Riau untuk Lingkungan Diapresiasi
- Sulitnya Beli Rumah Bagi Anak Muda Jadi Salah Satu Topik di Pemilu Australia
- Rusia Menanggapi Klaim Upayanya Mengakses Pangkalan Militer di Indonesia