Krisis Menerpa, Masa Depan MotoGP Tampak Suram
Tidak Ada Kekompakan
Minggu, 11 Januari 2009 – 12:46 WIB
Tapi, untuk menemukan kekompakan, tampaknya, tidak selancar di F1. Federasi balap motor dunia, FIM, mungkin punya misi sama. Tapi, mereka tidaklah seaktif FIA dalam meng-handle F1.
Dalam beberapa pekan terakhir, berbagai usul sebenarnya sudah muncul. Mulai mengurangi jumlah lomba, membatasi mesin, mengganti komponen-komponen mahal, sampai membatasi gaji pembalap. Tapi, hampir setiap usul mendapat bantahan.
Mengenai pengurangan lomba misalnya, dari 18 menjadi 15 atau 16. Ungkapan keberatan muncul dari Herve Poncharal, bos Tech 3 Yamaha yang juga presiden IRTA. Bagi dia, lebih baik memangkas uji coba daripada memangkas lomba.
''Bagi saya, 18 lomba tidak kebanyakan. Lebih baik ada tambahan lomba daripada tambahan uji coba. Ketika berlatih di Sepang, Qatar, atau Australia, kami tidak dapat bayaran (dari promotor, Red). Ketika balapan di Malaysia atau Australia, kami dapat bayaran,'' ungkapnya seperti dilansir Motorcycle News.
Mundurnya Kawasaki menjadi peringatan keras bagi MotoGP. Seperti Formula 1, harus ada keputusan besar untuk mengamankan masa depan. Namun, di MotoGP,
BERITA TERKAIT
- EURO 2024: Semua Penggawa Portugal Siap Membantu Cristiano Ronaldo
- EURO 2024, Pelatih Portugal: Kami Fokus dan Siap Menghadapi Prancis
- Pelatih Ipswich Town Ungkap Masa Depan Elkan Baggott, Bertahan?
- Marc Marquez Bakal jadi Sasaran di MotoGP Jerman 2024
- AEON Mall Jakarta Garden City Kembali Gelar Badminton Cup, Ada Kategori untuk Dewasa
- Achmad Jufriyanto Bertahan di Persib Bandung, Punya Tugas Tambahan