Krisis Nuklir Jepang Picu Eksodus Warga Asing
Jumat, 18 Maret 2011 – 05:15 WIB
Pendapat yang sama diungkapkan Komisioner Energi Uni Eropa (UE) Guenther Oettinger. Menurut dia, pemerintah Jepang sedang dihadapkan pada dua pilihan yang sama buruknya. Yakni, bencana atau malapetaka.
Kendati demikian, para pakar Barat itu mengaku salut dengan upaya Jepang meredam dampak radiasi. "Para pakar nuklir Jepang terus memantau perkembangan yang terjadi di Fukushima. Mereka juga terus menggali informasi soal radiasi," ungkap Fred Mettler, utusan komite khusus PBB yang bertugas menganalisis dampak radiasi terhadap kesehatan.
Menurut dia, upaya para pakar nuklir Jepang meredam kepanikan masyarakat sudah maksimal. "Mereka memonitor, mengevaluasi, dan memantau ketat cuaca di sekitar reaktor," ujar Mettler kepada USA Today. Kendati demikian, mereka tidak bisa memastikan tingkat radiasi di beberapa tempat berbeda sekaligus. Sebab, semuanya sangat bergantung pada arah dan penyebab radiasi itu sendiri.
Ya, hingga kemarin Jepang terus fokus untuk mendinginkan batang-batang bahan bakar nuklir yang kepanasan di reaktor Fukushima. Helikopter militer Jepang telah dikerahkan untuk menyiramkan air ke reaktor yang telah meledak empat kali itu. "Kepolisian Tokyo juga menggunakan meriam air untuk mencegah terulangnya kecelakaan nuklir Chernobyl pada 1986," demikian berita News.com.au, Kamis (17/3).
TOKYO - Kecemasan dunia terhadap dampak radiasi akibat ledakan empat unit reaktor nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi semakin berlipat. Jepang dianggap
BERITA TERKAIT
- BPK Dorong Tata Kelola Pendanaan Iklim yang Transparan dan Efektif
- Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan
- Kemlu RI Berharap PM Israel Benjamin Netanyahu Segera Ditangkap
- Operasi Patkor Kastima 2024 Dimulai, Bea Cukai-JKDM Siap Jaga Kondusifitas Selat Malaka
- Hari Martabat dan Kebebasan, Simbol Ketahanan dan Harapan Rakyat Ukraina
- Gaza Menderita, Otoritas Palestina Tolak Rencana Israel Terkait Penyaluran Bantuan