Krisis Pendidikan Nilai di Tingkat Dasar dan Menengah di Indonesia

Krisis Pendidikan Nilai di Tingkat Dasar dan Menengah di Indonesia
Direktur Perkumpulan Strada dan Mahasiswa Doktoral Filsafat STF Driyarkara Jakarta Odemus Bei Witono. Foto: Dokumentasi pribadi

Pendidikan tidak boleh hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga mencakup pengembangan keterampilan sosial-emosional. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, pendidikan seni, olahraga, dan proyek kolaboratif, siswa dapat belajar tentang kerjasama, empati, dan solidaritas, serta mengembangkan kesadaran sosial lebih mendalam.

Guru seharusnya dapat menjadi teladan positif bagi siswa, baik di dalam maupun di luar kelas. Pelatihan guru yang mencakup pengembangan karakter dan etika profesional membantu mereka menjadi model konsisten dalam menjalankan nilai-nilai moral. Interaksi yang penuh integritas antara guru dan siswa akan menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung.

Sistem pendidikan perlu mengurangi tekanan pada hasil akademik yang semata-mata berorientasi pada kompetisi. Sebaliknya, nilai-nilai kerjasama, kerja tim, dan gotong royong harus ditekankan melalui aktivitas pembelajaran yang menumbuhkan semangat kebersamaan dan saling menghargai, tanpa harus mengorbankan pencapaian akademik.

Pendidikan seharusnya membantu siswa memahami dan mengembangkan identitas moral mereka. Diskusi tentang nilai-nilai benar dan salah dapat dilakukan melalui modul ajar, yang mendorong siswa agar berpikir kritis tentang etika, moral, dan keadilan sosial. Hal demikian tentu saja dapat memperkuat penghargaan terhadap keanekaragaman dan solidaritas antar individu.

Orang tua perlu dilibatkan secara aktif dalam pendidikan karakter anak. Suryani (2022) berpendapat bahwa sekolah dapat mengadakan seminar atau sesi pelatihan bagi orang tua guna membekali diri dengan keterampilan mendidik anak-anak mereka tentang nilai-nilai moral di rumah.

Dalam analisis Hidayat (2021) komunikasi yang kuat antara sekolah dan orang tua akan memastikan pendidikan nilai berlangsung secara konsisten di kedua lingkungan.

Lingkungan sosial dan ekonomi yang mendukung pendidikan nilai juga sangat penting. Sekolah perlu bekerja sama dengan komunitas lokal dan pihak lain dalam rangka menciptakan iklim yang mendorong solidaritas, kesetaraan, dan keadilan sosial.

Mengatasi ketimpangan sosial-ekonomi, misalnya melalui program beasiswa atau bantuan sosial, dapat memastikan bahwa semua siswa memiliki akses yang adil terhadap pendidikan berkualitas yang mendukung pengembangan moral mereka.

Di Indonesia, pendidikan nilai di tingkat dasar dan menengah pada skala umum relatif baik, namun jika dilihat dari sisi buram, sesungguhnya tidak baik-baik.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News