Krisis Ukraina: Mengevakuasi WNI dan Menakar Respon Pemerintah Indonesia

Sehingga, menurut Muhadi, jika peristiwa yang terjadi saat ini hanya dilihat dalam konteks serangan semata-mata, maka Indonesia akan dihadapkan pada posisi hitam dan putih.
"Padahal, bagi Indonesia saat ini persoalannya adalah bagaimana perang itu dihentikan dulu dan masuk ke ruang negosiasi, [sehingga pernyataan dan sikap Indonesia] ini lebih frutiful dibanding condemning," ujar Muhadi.
"Posisi kita yang bebas aktif itu harus seperti itu. Bahwa kita tidak menjadi bagian dari mayoritas, itu bukan masalah, yang penting kita berpegang pada prinsip."
"Di saat kita tidak ada di posisi yang hitam-putih itu lah, ruang-ruang untuk perdamaian bisa dibangun," tambahnya.
Muhadi berharap, di belakang sikap dan respon Indonesia yang terlihat publik, ada proses negosiasi dan pendekatan yang sedang berjalan.
"Setidaknya Indonesia sebagai pemimpin G-20 bisa punya akses ke salah satu negara G-20, yakni Rusia ... dan kedekatan Indonesia dengan kedua belah pihak bisa menjadi modal bagi Indonesia untuk berperan lebih."
Berharap bisa kembali ke Ukraina dan akan merindukan Kyiv
Vanda berharap, serangan Rusia ke Ukraina akan segera berakhir, sehingga ia bisa cepat kembali ke Kyiv.
Selama setahun terakhir bermukim di Kyiv, Vanda mengaku kerasan dan kagum pada budaya Ukraina yang menurutnya punya kekeluargaan dan kekerabatan yang erat.
Meski terlihat ragu dan tidak jelas, respon Pemerintah Indonesia terhadap invasi Rusia di Ukraina dinilai bisa membuka pintu dialog
- Dunia Hari Ini: Puluhan Tewas Setelah Kereta di Pakistan Dibajak
- Dunia Hari Ini: Kecelakaan Bus di Afrika Selatan, 12 Orang Tewas
- Siklon Alfred 'Tak Separah yang dibayangkan', Warga Indonesia di Queensland Tetap Waspada
- Dunia Hari Ini: Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap di Bandara
- 'Selama Ini Ternyata Saya Dibohongi': Kerugian Konsumen dalam Dugaan Korupsi BBM
- Keberadaan Seorang Warga Indonesia di Tasmania Sempat Dikhawatirkan