Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia

Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia
Ribuan kantong miras oplosan diamankan Satnarkoba Polres Cianjur, dari belasan warung berkedok depot jamu yang beroperasi di sejumlah titik mulai dari Jalan Raya Bandung-Cianjur, hingga kota Cianjur, Sabtu (27/2)). Foto: ANTARA/Ahmad Fikri

Kasus enam turis di Laos yang meninggal dunia, termasuk dua remaja asal Australia, akibat keracunan kandungan metanol dalam minuman alkohol menjadi perhatian dunia.

Metanol seringkali ditambahkan ke minuman beralkohol dengan anggapan yang salah, yakni sebagai cara murah untuk meningkatkan kadar alkohol.

Proses penyulingan yang buruk bisa menghasilkan alkohol yang tercemar metanol, meskipun jumlahnya sangat sedikit.

Dua sendok teh saja dapat menyebabkan kebutaan dan 30 mililiter dapat berakibat fatal.

Keracunan metanol bukan hanya dialami turis di negara-negara Asia Tenggara, tapi dialami banyak warga lokal yang jarang mendapat perhatian media internasional.

"Penduduk setempat lebih sering menjadi korban, meski kasus mereka jarang menjadi berita utama," kata Dr Knut Erik Hovda, seorang pakar wabah metanol global dari Oslo University Hospital.

"Itulah sebabnya kami menyebutnya krisis yang terlupakan, yang paling sering memengaruhi orang-orang termiskin, tapi.. tak ada perkecualian."

Sebuah upaya bernama Methanol Poisioning Initiative dilakukan dengan kolaborasi antara Oslo University Hospital dan Médecins Sans Frontières (MSF) untuk melacak kasus keracunan metanol di seluruh dunia berdasarkan laporan media lokal.

Ratusan orang meninggal akibat keracunan metanol setiap tahunnya, dengan angka tertinggi tercatat di Indonesia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News