Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia

Krisis yang Terabaikan, Kasus Keracunan Metanol di Indonesia Tertinggi se-Dunia
Ribuan kantong miras oplosan diamankan Satnarkoba Polres Cianjur, dari belasan warung berkedok depot jamu yang beroperasi di sejumlah titik mulai dari Jalan Raya Bandung-Cianjur, hingga kota Cianjur, Sabtu (27/2)). Foto: ANTARA/Ahmad Fikri

"Mereka merasa bersalah karena tidak dapat menyelamatkan teman yang meninggal tepat di depan mata mereka," kata Dr Elvine.

Ia mengatakan pasiennya mengalami kebutaan akibat keracunan metanol, tapi juga mengalami pelecehan oleh warga di sekitarnya.

Menurut Dr Elvine, pasiennya tersebut merasa kalau dirinya memang pantas mengalami kebutaan, atau harusnya meninggal bersama teman-temannya, dan kini sudah berhenti mencari perawatan kesehatan mental.

Stigma konsumsi alkohol

Dr Ady mengatakan stigma orang yang meminum alkohol menjadi penghambat saat ada orang yang keracunan metanol untuk mendapat bantuan pengobatan.

"Idealnya kita bisa langsung merawatnya untuk observasi, tetapi mereka malah menutupinya karena malu," katanya.

Ironisnya, salah satu perawatan intervensi dini untuk keracunan metanol adalah dengan memberikan etanol, jenis alkohol yang aman untuk diminum, menurut Dr. David Ranson, seorang profesor kedokteran forensik di Monash University.

Ia mengatakan metanol menjadi masalah ketika tubuh mulai mengurai kandungan tersebut.

Metanol terurai menjadi bahan kimia berbahaya, formaldehida, yang digunakan dalam proses pembalsaman, serta asam format, yang "pada dasarnya membunuh sel".

Ratusan orang meninggal akibat keracunan metanol setiap tahunnya, dengan angka tertinggi tercatat di Indonesia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News