Krisis Zimbabwe: Minggu Lalu Harga BBM Meroket, Sekarang Tarif Listrik Naik 320 Persen

Krisis Zimbabwe: Minggu Lalu Harga BBM Meroket, Sekarang Tarif Listrik Naik 320 Persen
Kendaraan lapis baja berjaga di jalan ibu kota Zimbabwe, Harare. Foto: AP

jpnn.com, HARARE - Pemerintah Zimbabwe kembali mengambil kebijakan ekstrem demi menyelamatkan perusahaan listrik milik negara dan meningkatkan kapasitas produksi. Kebijakan tersebut adalah menaikkan harga hingga 320 persen. Keputusan itu dibuat di tengah krisis yang telah memaksa pemerintah memberlakukan pemadaman bergilir hingga 18 jam setiap hari.

Otoritas energi Zimbabwe, ZERA menyatakan bahwa pihaknya telah menyetujui permohonan kenaikan tarif dari perusahaan penyalur listrik ZETDC, Rabu (9/10). Kenaikan tarif tersebut dari sebelumnya 38,61 sen menjadi 162,16 sen. Ini adalah kenaikan kedua kali dalam tiga bulan terakhir.

ZERA berdalih kenaikan tarif diperlukan karena inflasi yang makin tinggi. Selain itu, nilai mata uang dolar Zimbabwe juga terus terperosok.

Dengan tarif baru itu, ZETDC bisa menambah biaya untuk perbaikan generator miliknya dan membayar generator impor dari perusahaan listrik Eskom dan Mozambik.

Meski begitu, kenaikan sangat tinggi pada biaya listrik ini diprediksi akan menyulut kemarahan masyarakat Zimbabwe. Apalagi, baru sepekan lalu terjadi kenaikan yang juga tinggi pada harga bahan bakar dan bahan pokok.

Gaji yang tidak turun sesuai jadwal menambah semangat rakyat untuk menyalahkan kebijakan Presiden Emmerson Mnangagwa atas krisis ekonomi terparah dalam satu dekade terakhir.

Harapan bahwa keadaan ekonomi Zimbabwe akan kembali membaik dengan cepat di bawah pemerintahan Mnangagwa ternyata sirna seketika setelah masyarakat harus berjuang dengan inflasi tinggi yang mengikis pendapatan dan simpanan mereka.

Mnangagwa menjadi presiden menggantikan Robert Mugabe yang dikudeta pada November 2017 lalu. (ant/dil/jpnn)

Pemerintah Zimbabwe kembali mengambil kebijakan ekstrem demi menyelamatkan perusahaan listrik milik negara dan meningkatkan kapasitas produksi.


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Antara

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News