Kroni Texmaco
Oleh: Dahlan Iskan
"Kapan Sinivasan menghubungi Anda?" tanya saya.
"Sudah lama. Lebih tiga minggu. Kebetulan saya ada jadwal lain di hari yang ia tentukan," tuturnya. Sinivasan pun sabar. Mencari waktu lain yang Gigin bisa.
"Ketika saya menyediakan waktu, ganti ia yang tidak bisa. Ia, kan, sering ke luar negeri," ujar Gigin.
Cocok-cocokan waktu itu sampai empat kali. Akhirnya cocok: minggu lalu. Seru. Sinivasan terlihat begitu ingin banyak berbicara.
Justru dari video itu saya baru tahu: Sinivasan ternyata masih ada. Masih hidup. Masih mengurus Texmaco. Saya kira ia sudah meninggal. Setelah adiknya tewas bunuh diri –tidak lama setelah krisis moneter 1998.
Begitu lama tidak pernah mendengar nama Sinivasan. Begitu sabar ia bersembunyi dari media. Termasuk sampai 10 tahun ia dicekal –tidak bisa ke luar negeri.
Ia sendiri ternyata pernah mendengar bahwa dirinya dikira sudah tidak ada. Atau sudah melarikan diri ke luar negeri. Ternyata ia masih aktif. Di umurnya yang kini sudah 85 tahun.
Sinivasan masih mampu jalan darat jarak jauh. Ia pilih naik mobil ketika pulang ke Jakarta dari Batu (Malang). Di Batu Texmaco memang punya pabrik batik.