Kroni Texmaco

Oleh: Dahlan Iskan

Kroni Texmaco
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Bicaranya masih tegas –meski kata-katanya sudah mulai berjarak. Terasa pula napasnya sudah menyesuaikan diri dengan umurnya. Dan kalau berjalan terlihat ada perlambatan di langkahnya.

Sesekali ia mengucapkan kata yang tidak sesuai dengan pikirannya. Misalnya, kata ''Washington'', mestinya ''New York''. Kan, tidak ada pasar modal di Washington.

Demikian juga ketika ingin mengucapkan tahun 1946, yang terucap tahun 1960. Yakni tentang kedatangan kembali tentara Inggris ke Indonesia.

Selebihnya ingatan Sinivasan sangat baik. Kelihatannya orang yang punya banyak uang punya ingatan lebih baik –menurut survei asal-asalan.

Sinivasan tidak bisa menerima kalau diragukan nasionalismenya. Ia ingatkan hanya dirinyalah yang menyaksikan begitu banyak pergolakan di Indonesia.

Ia lahir tahun 1937. Di Medan. Di keluarganya sudah tiga generasi lahir di Medan.

Waktu kecil ia melihat tentara Jepang datang ke Medan. Ia tinggal di gang kecil di dekat rumah sakit umum. Hanya 200 atau 300 meter dari rumahnya itulah Jepang bermarkas.

Ia bisa melihat langsung kekejaman Jepang. Termasuk melihat sendiri 10 pejuang Indonesia digorok leher mereka. Lalu digantung di depan umum. Itulah cara Jepang untuk menimbulkan ketakutan rakyat.

Lihatlah video wawancara Gigin dengan Sinivasan. Begitu keras ia 'menghajar' Sri Mulyani. Sambil memuji-muji Presiden Jokowi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News