KTNA: Kebijakan Bulog Berpotensi Merugikan Petani

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Yadi Sofyan Noor menilai salah satu kebijakan Bulog yang lebih memprioritaskan penyerapan beras dibandingkan gabah, telah memicu polemik di kalangan petani.
Menurutnya, langkah itu tidak berpihak kepada petani, melainkan justru menguntungkan tengkulak dan penggilingan padi yang sering menjadi perantara dalam proses penjualan.
Yadi mengatakan kebijakan ini berpotensi merugikan petani secara langsung.
“Dengan membeli beras, bukan gabah, Bulog melewatkan kesempatan untuk membantu petani mendapatkan harga layak. Petani terpaksa menjual gabah mereka kepada tengkulak dengan harga murah, sementara nilai tambah justru dinikmati oleh pihak lain,” tuturnya.
Masalah ini makin krusial karena harga gabah yang dihasilkan petani menjadi lebih rentan terhadap fluktuasi pasar, terutama jika tengkulak memainkan peran dominan dalam menentukan harga.
Sebaliknya, dengan menyerap gabah langsung dari petani, Bulog dapat menstabilkan harga di tingkat petani dan memastikan mereka mendapatkan keuntungan yang adil.
Langkah Bulog yang menyerap beras juga dikhawatirkan memperlemah semangat petani dalam berproduksi.
“Jika petani merasa kerja keras mereka tidak dihargai, produktivitas sektor pertanian bisa terancam. Bagaimana bisa mencapai swasembada pangan jika petani terus dirugikan?” tutur Yadi.
KTNA menilai kebijakan Bulog memprioritaskan penyerapan beras berpotensi merugikan petani secara langsung.
- Hadapi Puncak Panen, Bulog Jatim Optimalisasi Sarana Pengeringan dan Pengolahan
- Tinjau Panen Raya di Klaten, Marga Taufiq Pastikan Bulog Serap Gabah Petani Sesuai HPP
- Bulog Karawang Tetap Serap Gabah Petani Meski Realisasi Telah Mencapai 136%
- Bulog Jatim Gandeng DPW Tani Merdeka untuk Serap Gabah Petani
- Panen Raya di Gresik, Mentan Amran Pantau Harga Gabah Petani
- Menjelang Panen Raya 2025, Serapan Gabah Bulog Tembus 300 Ribu Ton