Kualitas Rendah, Garam Lokal Kalah Bersaing
Penggunaan garam pada industri petrokimia misalnya untuk pembalut wanita (softex) dan popok bayi. Kemudian industri bahan baku tekstil dan pulp (kertas) untuk proses bletching (pemutihan).
”Persoalan bertambah karena isu negatif tentang impor garam oleh industri pengguna garam. Selanjutnya, penyerapan garam lokal belum optimal karena hanya dilakukan industri pengguna garam,” beber Tony.
Di sisi lain, kebutuhan garam nasional terus meningkat per tahun.
Untuk konsumsi tercatat 700 ribu ton, petrokimia (1,75 juta ton), bleaching (400 ribu ton), aneka pangan (450 ribu ton), dan farmasi atau kosmetik (3 ribu ton).
Sementara itu, penyerapan pengeboran minyak 50 ribu ton, penyamakan kulit (50 ribu ton), pengasinan ikan( 400 ribu ton) dan industri lain (100 ribu ton).
”Pada garam ada dua komponen penting berupa natrium dan klorida. Natrium penggunaan paling besar untuk industri,” ulasnya.
Menilik data itu, sambung Tony, tantangan serius tengah dihadapi industri garam domestik. Misalnya, daya saing industri perlu ditingkatkan.
Kualitas masih rendah dengan kadar NaCl kurang 94 persen dan impuritis tinggi. Impuritas kalsium dan magnesium rata-rata lebih besar tiga ribu ppm padahal persyaratan maksimal 600 ppm.
JAKARTA – Masalah serius tengah membelit industri nasional berbahan baku garam. Industri lokal dipaksa menyerap garam lokal untuk memenuhi
- Nu Skin Hadirkan ageLOC TRME, Bantu Kelola Berat Badan jadi Ideal
- Kinerja Penerimaan Kepabeanan dan Cukai Progresif Membantu APBN 2024 Tumbuh Positif
- Kilang Pertamina Internasional Mulai Produksi B40 untuk Mendukung Swasembada Energi
- Hadir di Indonesia, Falscara Tawaran Kemudahan DIY Eyelash Extension
- Banjir Orderan Jelang Imlek, Perajin Lampion Raup Rp 400 Juta Lebih
- Perekonomian Nasional Diproyeksikan Tetap Terjaga pada 2025