Kualitas Udara Jabodetabek 2021 Belum Membaik, Ini Buktinya
Data Scientist dari Nafas Prabu Setyaji menilai berolahraga pada pagi hari saat kadar PM2.5 > 26 µ/m3 justru berbahaya, terutama bagi mereka dengan rentang usia antara 35-45 tahun.
Pasalnya, berolahraga pada waktu tersebut berisiko menimbulkan penyakit jantung.
Sebagai catatan, ambang batas aman menurut WHO (2021) adalah PM2.5 = 5 µ/m3.
“Bisa meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 33 persen,” ujarnya.
Di sisi lain, kualitas udara paling baik di Jabotabek terjadi pada jam 14.00. Kualitas udara semakin membaik ketika terjadi hujan besar yang disertai angin kencang hingga ekstrim.
Community Manager Bicara Udara Novita Natalia mengatakan hasil riset Nafas yang menunjukkan masih banyak salah dari masyarakat terkait kualitas udara beserta mitos-mitos yang selama ini sering didengar.
“Kami sebagai komunitas yang fokus pada edukasi mengenai pentingnya peningkatan kualitas udara sangat senang dengan adanya riset yang dilakukan Nafas," kata dia.
Dia menilai masyarakat masih membutuhkan edukasi tentang udara sehat dan bersih.
Co-founder & Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski menyatakan area hijau tidak selamanya menjamin kualitas udara yang bersih dari polusi, khususnya karena polutan berukuran sangat kecil (PM2.5).
- Pertamina Dukung Festival Ciliwung 2024 sebagai Komitmen pada Keberlanjutan Lingkungan
- Tantangan Baru Gubernur Jakarta Terpilih Menangani Polusi Udara
- Sebaiknya Menteri LH Cabut Permen Kerugian Lingkungan Hidup Akibat Pencemaran
- Pertalindo Konsisten Mendukung Kompetensi Penyusun Amdal
- PTPN IV Lakukan Terobosan dalam Mendukung Dekarbonisasi, Menteri Hanif: Kami Apresiasi
- MANN+HUMMEL Gandeng B-Quik Ramaikan Pasar Otomotif Nasional