Kubu Prabowo-Hatta Yakin Clinton Bakal Intervensi KPU
JAKARTA - Mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton direncanakan hadir ke Indonesia sebelum 22 Juli 2014 ini. Banyak yang menilai kehadirannya sebelum jadwal penghitungan rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dikhawatirkan akan mengintervensi jalannya demokrasi pilpres ini.
Namun pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan kekhawatiran itu tidak perlu ada. Itu jika kedua kubu pasangan capres dengan secara ketat memantau penghitungan di semua tingkatan, mulai dari PPS, PPK, hingga KPU Pusat.
"Kita boleh saja waspada namun tak perlu phobia atas rencana kedatangan Bill Clinton. Yang jelas harus kita awasi dan kita kawal adalah rekapitulasi berjenjang yang saat ini dilakukan KPU hingga pengumumannya pada 22 Juli nanti," ucap Gun Gun kepada INDOPOS (Grup JPNN) di Jakarta, kemarin (15/7).
Menurutnya, tak akan semudah itu seorang Clinton memengaruhi real count. "Kita ini negara demokrasi yang mandiri, media dan kekuatan pengontrol lainnya hidup dan mendapatkan tempat yang baik. Jadi jika pun ada upaya intervensi dengan cepat akan diketahui," jelasnya.
Dia pun menerangkan tak terlalu relevan mengaitkan kedatangan Clinton dengan kecurangan pemilu. "Sekali lagi, rekapitulasi ini harus diawasi ketat. Dan penyelenggara dan pengawas pemilu tak boleh berpihak harus adil," tegasnya.
Dengan demikian, kata dia, kita harus dewasa dalam memosisikan dinamika politik nasional. “Bukan hanya menjustifikasi sesuatu berdasarkan rumors atau gosip. Kalau waspada ya boleh saja," tandasnya.
Seperti diketahui, Bill Clinton dijadwalkan akan bertandang ke Indonesia sebelum 22 Juli 2014. Disebutkan, kedatangan Clinton terkait kampanye kesehatan dan lingkungan hidup.
Politikus dari Partai Democrat Amerika Serikat itu akan mengunjungai Indonesia, India, Papua Nugini, Selandia Baru, Australia, dan Vietnam. Diperkirakan kunjungan itu terkait dalam program Clinton Global Initiative.
Meski tidak diketahui tanggal kunjungan Clinton, jadwalnya di Asia diketahui dimulai pada 16 hingga 23 Juli 2014.
Sementara itu penasehat pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 1 Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Letjen TNI Purn Suryo Prabowo menegaskan bahwa kehadiran Clinton itu sangat kuat mengindikasikan adanya upaya intervensi hasil pilpres.
"Ini bukan kunjungan biasa tapi kunjungan politik yang dapat mengintervensi penghitungan suara pilpres oleh KPU," ucapnya.
Menurutnya, kunjungan yang dilakukan Clinton ke Indonesia tersebut tidak lazim di saat rakyat Indonesia menunggu hasil pilpres. Kedatangannya juga dikhawatirkan akan mengganggu independesi KPU.
"Clinton memang bukan presiden Amerika lagi, tapi jangan lupa dia menjadi presiden Amerika karena dibantu oleh James Riyadi. Semua orang tahu pengusaha Indonesia James Riyadi saat ini menjadi salah satu sponsor pasangan Jokowi-JK," jelas Suryo.
Secara khusus dia mengkritisi adanya kepentingan asing pada hasil pilpres karena banyak perusahaan asal Amerika yang bermasalah dengan Undang-Undang Minerba di Indonesia. Dalam hal ini ada ketakutan jika Prabowo-Hatta terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden 2014-2019.
"Mereka pasti tahu Prabowo sangat konsen dengan pengelolaan sumber daya alam Indonesia. Ini yang ditakuti mereka. Kemarin mereka kirim wartawan Allan Nairn untuk menghadang laju Prabowo. Sekarang mereka kirim Clinton," tandasnya seraya berharap KPU tetap netral. (dli)
JAKARTA - Mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton direncanakan hadir ke Indonesia sebelum 22 Juli 2014 ini. Banyak yang menilai kehadirannya
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
- Klarifikasi Menteri Agama soal Tak Ada Azan di Pantai Indah Kapuk
- Hasto jadi Tersangka, Ronny Mengonfirmasi Keterangan Bu Mega
- 5 Berita Terpopuler: Cek Fakta, Benarkah Honorer Diangkat PPPK Paruh Waktu Secara Otomatis? Begini Penjelasannya
- Tinjau Sejumlah Gereja di Bandung, Wamendagri Bima Arya Pastikan Natal Berjalan Lancar
- Oknum Polisi yang Peras WN Malasia di DWP Jalani Sidang Etik Pekan Depan
- Apa Motif 18 Polisi Peras Penonton DWP? Propam Sita Rp 2,5 Miliar