Kubu Republik Diminta Tak Remehkan Obama
Kamis, 19 Juni 2008 – 12:10 WIB
WASHINGTON – Setelah resmi terpilih sebagai calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, kemampuan Barack Obama yang semula dipandang sebelah mata, semakin diakui. Sehari setelah Albert Arnold Gore Jr (Al Gore) menyebut Obama sebagai kandidat paling tepat, politikus Partai Republik Michael Dale ”Mike” Huckabee mengimbau partainya tidak menyepelekan senator Illinois tersebut. Berbicara di hadapan wartawan Tokyo, Jepang, mantan kandidat capres dari Republik itu memperingatkan kubunya bahwa Obama bukanlah lawan yang enteng untuk John McCain. ”Republik akan melakukan kesalahan yang mendasar, jika tidak fatal, andai mereka merasa bisa menang dalam pemilihan presiden dengan meremehkan Barack Obama,” tandasnya. Bahkan, menurut dia, memandang Obama sebelah mata justru akan mendatangkan petaka bagi Republik. Politikus 52 tahun itu menambahkan, tampilnya Obama sebagai capres kulit hitam pertama AS, merupakan momen yang istimewa. Bukan hanya bagi kaum Afrika-Amerika yang diwakilinya, tapi juga bagi publik AS secara keseluruhan. ”Semoga tidak ada yang salah mengartikan kesempatan langka ini. Ini merupakan pencapaian yang sungguh luar biasa bagi AS,” lanjut mantan gubernur Arkansas tersebut. Tanpa mengindahkan warna kulitnya, imbuh dia, misi yang diusung Obama patut dipertimbangkan.
Dalam kesempatan itu, mantan pesaing McCain tersebut menyatakan bahwa situasi AS saat ini sedang berpihak pada Obama. Terutama, karena misi perubahan yang diusung capres 46 tahun itu berbeda dengan kebijakan Presiden AS George W. Bush. Publik Negeri Paman Sam yang sudah muak dengan gaya kepemimpinan penggagas Perang Iraq itu pun merasa mendapatkan pencerahan. ”Jangan remehkan kehadiran Obama dalam pemilihan (presiden) kali ini,” tegasnya.
Baca Juga:
Kendati demikian, sebagai politikus Republik, Huckabee tetap berharap McCain keluar sebagai pemenang dalam pilpres November mendatang. Dia optimistis, dengan mengabaikan ras dan lebih peka menyoroti perbedaan kebijakan, veteran Perang Vietnam itu akan unggul atas Obama. ”Saat masyarakat terluka seperti sekarang ini, mereka sama sekali tidak peduli pada warna kulit dan ras,” tegas tokoh senior yang disebut bakal mendampingi McCain sebagai calon wakil presiden (cawapres) itu.
Sementara itu, hasil poling terbaru menunjukkan Obama masih unggul atas McCain. Namun, jika dibandingkan poling sebelumnya, selisih skor politikus keturunan Kenya itu dengan pesaingnya hanya sedikit. Yakni, 5 poin. Capres Demokrat itu mengantongi skor 47 persen, sementara lawannya 42 persen. Hasil poling Mei lalu, Obama memimpin 8 poin atas McCain.
Meskipun selisihnya semakin tipis, Obama sukses jauh mengungguli McCain pada golongan pemilih independen dan kaum perempuan. Disebutkan lembaga poling Reuters/Zogby kemarin (18/6), Obama mendapatkan dukungan 52 persen dari golongan independen. Sementara, rivalnya hanya mengantongi 30 persen dukungan. Dari kaum perempuan, ayah dua putri itu mendapatkan 51 persen dukungan, sedangkan McCain hanya 36 persen.
”Dukungan signifikan kelompok independen untuk Obama telah menjadikan dia unggul. Itu yang perlu diwaspadai McCain,” ulas John Zogby, pemimpin survei. Menurut dia, politikus 71 tahun itu perlu melakukan banyak hal untuk menarik simpati kaum independen dan memenangkan pilpres. Sebab, selama ini, golongan independen dan kaum perempuan-lah yang menentukan kemenangan seorang capres. (AFP/Rtr/Bloomberg/hep)
WASHINGTON – Setelah resmi terpilih sebagai calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat, kemampuan Barack Obama yang
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi
BERITA TERKAIT
- Mahasiswa Asing Diminta Kembali ke Amerika Sebelum Pelantikan Donald Trump, Ada Apa?
- 50 Warga Palestina Tewas Akibat Serangan Udara Israel di Dekat RS Kamal Adwan
- Japan Airlines Tunda 14 Penerbangan Akibat Serangan Siber
- Gencatan Senjata Mandek, Hamas Salahkan Israel
- Kecelakaan Pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan, 38 Orang Tewas
- Penyelidikan Soal Jatuhnya Pesawat Azerbaijan Airlines di Kazakhstan Dimulai