Kucing Dalam Karung
Jumat, 27 Januari 2012 – 16:01 WIB
Lalu siapa dia? Aha‚ saya tidak tahu. Dan tidak terlalu penting saya tahu atau tidak. Kami ini sedang tidak ingin terpengaruh oleh opini tokoh, ahli, pengamat, pemerhati, pelaku politik, ekonom, akademisi, atau siapapun juga. Saya sedang ingin bertanya dari hati ke hati, mengetuk pintu warga Kota Jakarta, satu per satu. Siapa calon gubernur mereka saat ini? Apa alasan memilih calon tersebut?
Setiap hari 100-250 rumah kami datangi, per kelurahan. Kami bertanya kepada mereka, yang sudah berumur 18 tahun lebih, yang mengantongi KTP DKI, yang punya hak pilih, yang bertekat bulat untuk tidak golput, dari berbagai lapisan sosial, profesi dan ekonomi. Kami ingin menangkap suara hati mereka? Suara batin mereka? Siapa tokoh yang paling pantas, saat ini, memimpin DKI?
Kami cetak foto-foto calon yang mencuat ke permukaan, dan masih diberi kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri, kalau tidak ada salah satu di antara calon di gambar itu. Bahkan, mereka sendiri, kalau pede juga boleh mencoblos diri sendiri. Mau dibilang narsis, mau dibilang kepedean, atau apa, itu hak mereka. Kami hormati pilihan itu.
Sesampai di kantor, sore kami acak, kami cek ke nomor telepon yang diberikan kepada surveyor kami, lalu diwawancara. Apakah betul tadi didatangi tim survei Indopos? Apakah jawaban bapak-ibu sudah betul? Apakah alamatnya sesuai? Ini hanya untuk memberi keyakinan kepada kami, bahwa suara mayoritas mereka perlu didengar oleh siapa saja, calon gubernur.
DUA hari berturut-turut, INDOPOS memasang iklan seruan "Jangan Pilih Kucing dalam Karung!" Tidak ada maksud apapun. Bukan atas pesanan
BERITA TERKAIT
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing