Kucing Dalam Karung
Jumat, 27 Januari 2012 – 16:01 WIB
Teknik sampling acak dengan metode polling ini memang sangat popular dalam memetakan suara masyarakat terhadap calon pemimpinnya. Model jajak pendapat ini bersifat cair. Cepat sekali publik berubah. Hari ini memilih A, besok bisa menjadi B. Tergantung input informasi yang masuk di kepala dia. Bisa memperkokoh pendiriannya, bisa menggoyahkan, bisa juga pindah ke lain hati. Satu isu negatif, bisa berdaya rusak tinggi. Begitupun sebaliknya, satu hal positif, bisa menaikkan pamor suara dia.
Teknik interview pun kami pastikan betul, tidak mengarahkan publik ke salah satu calon. Toh masyarakat juga sudah tidak mau dibohongi lagi dengan cara-cara yang tidak fair. Mereka semakin well informed. Model komunikasi ke publik harus sangat santun, mereka memilih dengan penuh kesadaran, tidak dipaksa, tidak ada unsur tekanan, dan yang pasti tidak ada money politics. Mereka mengenakan kaus dan topi Indopos, dengan surat resmi dari Indopos.
Kami menyisakan potongan nomor kuesioner yang pada bulan Juni 2012 nanti akan kami undi dengan hadiah I-pad. Tidak seberapa memang hadiahnya, hanya sebagai tanda mata, bahwa mereka pernah meluangkan waktu, barang 10-15 menit untuk berbincang santai dengan tim surveyor Indopos.
Karena itu, mohon izin kepada tokoh-tokoh publik yang namanya sudah mencuat di publik kalau kemudian dipilih langsung oleh publik. Jangan kaget. Hargai suara dan apresiasi mereka. Tidak semua orang mendapat kesempatan "dipilih" dalam survey ini. Hasil-hasil itu bisa di cross check semua.
DUA hari berturut-turut, INDOPOS memasang iklan seruan "Jangan Pilih Kucing dalam Karung!" Tidak ada maksud apapun. Bukan atas pesanan
BERITA TERKAIT
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing