Kucing Dalam Karung
Jumat, 27 Januari 2012 – 16:01 WIB
Kami tidak mengklaim, teknik sampling dan metode polling ini yang terbaik dan paling presisi. Kami hanya ingin berjajak pendapat. Kami hanya ingin tahu apa dan siapa yang diingini publik yang dikenal dinamis dan cair itu. Sebagai imbangan, bahwa mereka punya hak untuk mengeluarkan suara, pendapat dan pikiran-pikirannya. Suara itu tidak hanya didominasi pejabat, pengamat, peneliti, akademisi dan tokoh yang memiliki kredibilitas sebagai sumber berita.
Karena itu, pesan kami: "Jangan Pilih Kucing dalam Karung!" Siapa tahu salah satu di antara kucing-kucing itu adalah kucing garong? Jangan terpesona pada warna, suara, ukuran, buntut, mata, bulu, kuping, atau kumisnya? Itu semua bisa menjebak. Salah pilih sekarang, penyesalannya lima tahun lamanya. Rusak dan salah urus lima tahun, itu pertanda "kiamat sudah dekat". Tiap hari uring-uringan saja.
Jakarta adalah master. Jakarta adalah impian. Jakarta adalah model yang kerap di-copy paste. Apapun programnya, bisa dengan cepat diusung di daerah. Kalau yang dibawa ke kota-kota di daerah itu konsep yang salah kaprah, kucing garong, hohoo.., pusing dah!
Jakarta juga cermin Indonesia. Ibarat media, Jakarta adalah halaman muka atau cover depan. Ibarat bangunan, ibu kota adalah gate utama bagi di rumah yang bernama Indonesia. Jakarta itu pemberi kesan buat negeri ini. Jakarta yang hebat, tertib, rapi, aman, sama dengan memberi membangun kesan yang sama terhadap Indonesia.
DUA hari berturut-turut, INDOPOS memasang iklan seruan "Jangan Pilih Kucing dalam Karung!" Tidak ada maksud apapun. Bukan atas pesanan
BERITA TERKAIT
- Batal Didatangi Massa Buruh, Balai Kota DKI Lengang
- Jangan Menunggu Bulan Purnama Menyapa Gulita Malam
- Dua Kali Getarkan Gedung, Bilateral Meeting Jalan Terus
- Agar Abadi, Tetaplah Menjadi Bintang di Langit
- Boris Yeltsin Disimbolkan Bendera, Kruschev Seni Kubisme
- Eskalator Terdalam 80 Meter, Mengusap Mulut Patung Anjing