Kuda Bima

Oleh: Dahlan Iskan

Kuda Bima
Dahlan Iskan di Sumbawa. Foto: Disway.id

Anggapan ''jagung tidak bisa tumbuh'' terbukti salah. Ternyata jagung bisa subur. Dan baik-baik saja. Asal dijaga. Diberi pupuk. Pak Kadus membuktikannya. Memang harus rajin: termasuk mampu tidak tidur sepanjang malam.

Ada juga investor yang masuk Tambora sisi timur: tambak udang. Investornya dari Surabaya. Saya mampir ke tambak modern itu. Masih baru. Baru tebar benih yang pertama. Rapi. Indah. Dengan kincir-kincir airnya yang memutar seirama. Ratusan jumlahnya.

Lokasi tambak itu agak ke selatan. Sebenarnya di pantai lebih ke utara juga cocok. Tapi investor takut: begitu banyak jembatan yang putus. Ia seperti cinta seorang jomblo: setiap dibangun lagi putus lagi. Berkali-kali.

Rupanya aliran air hujan dari gunung tumpah ke timur. Menyebar ke berbagai arah. Membentuk banyak sungai kecil. Perlu banyak jembatan: lebih 20 lokasi.

Investor tambak takut: bagaimana kalau pas panen jembatan-jembatan itu lagi hanyut? Truk besar pun tidak bisa lewat. Udang bisa busuk di perjalanan.

Saya sendiri, hari itu, harus melewati lima jembatan putus. Salah satunya curam. Harus cari jalan memutar: jalan-jalan kampung yang sempit. Berliku-liku. Lalu menyeberangi sungai yang tanpa jembatan di dekat kampung itu.

Di lokasi jembatan lainnya kami harus turun dari mobil. Untuk menata batu di tebing sungai. Agar mobil bisa merambat naik keluar dari sungai.

Di jembatan yang lain lagi kami harus dibantu penduduk setempat: harus pakai cangkul. Kalau gagal, penduduk sudah siapkan tali: mobil akan ditarik dengan traktor pertanian. Ada juga lokasi yang kami harus menunggu alat berat itu naik dulu dari sungai.

Jikalau sempat divideo akan sangat menggemaskan: mungkin Prof Pry akan menuduh saya ingin berbuat mesum dengan kuda betina.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News