Kuda Messi Keledai Emosi

Oleh Dahlan Iskan

Kuda Messi Keledai Emosi
Dahlan Iskan. Ilustrasi: Jawa Pos

Penendangnya sengaja tidak mau memasukkan bola penalti itu. Tidak seharusnya Liverpool dapat penalti. Wasit-lah yang salah lihat.

Tanpa teknologi VAR pun Liverpool sudah fair play. Pokoknya sepak bola itu penuh emosi. Teknologi VAR justru akan mengurangi derajat emosi itu.

Kenapa tidak menambah wasit saja? Menjadi dua? Seperti di basket?

Bayangkan: bagaimana penonton baru bisa meneriakkan ”gooool…” dua menit setelah bolanya masuk gawang. Di mana asyiknya?

Teriakan gooool yang tertunda itu ibarat main seks yang ejakulasinya tersendat.

Tanyakan saja pada Xherdan Shaqiri. Saat pemain Swiss ini mencetak gol kemenangan lawan Serbia. Sabtu dini hari lalu.

Selebrasi Shaqiri bikin heboh. Mungkin ia akan kena denda. Ia copot kausnya. Ia peragakan jempol dan jarinya. Melambangkan bendera Albania.

Shaqiri memang warga Swiss. Tapi darahnya Albania. Waktu kecil ia diajak orang tuanya mengungsi ke Swiss. Setelah suku Albania yang Islam ditindas habis di Serbia.

Teriakan gooool yang tertunda ibarat main seks yang ejakulasinya tersendat. Di mana asyiknya?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News