Kuda Pacu Berenang di Pantai, Berendam Air Hangat, Dipijat
Tentu bukan sembarang kuda. Khusus kuda pacu yang diturunkan untuk balapan. Mereka diperlakukan bak pelari yang harus selalu berada dalam kondisi siap untuk turun dalam lomba.
Tiap Rabu dan Jumat sore, misalnya, di Pantai Tanjung Karang di pesisir selatan Mataram, puluhan, bahkan ratusan, pemilik atau perawat turangga akan berkumpul. Bersama kuda pacu masing-masing, tentu saja.
Setelah kuda selesai diajak berlatih, menjelang matahari tenggelam, para pemilik atau perawat kuda pacu akan menarik pelana masing-masing.
Lalu mengelus-elus punggung si yangyangan, sebelum membawanya ke dalam air bergaram. Untuk apa? Berenang!
’’Berenang di pantai itu merupakan latihan napas bagi kuda pacuan. Seperti atlet lari atau penyanyi,’’ jelas Muhtar, pemilik kuda pacu asal Desa Sekarbela, Kecamatan Pagesangan, Mataram, kepada Lombok Post (Jawa Pos Group).
Pada Jumat sore pekan lalu (10/11) itu, Muhtar menjelaskan tradisi merendam kuda pacu di Lombok sembari merebus air.
Bukan untuk membikin kopi, melainkan untuk kuda pacunya. Seekor kuda betina berwarna merah dari Sumba. Tak jauh dari air yang akan mendidih, parutan jahe telah tersedia dalam wajan tembaga.
Kuda secara umum memang bagian tak terpisahkan dari keseharian warga di hampir seantero NTB.
Berenang di pantai itu merupakan latihan napas bagi kuda pacuan. Seperti atlet lari atau penyanyi.
- Ups, Video WNA Mesum di Pantai Mandalika Tersebar
- Pembalap MotoGP 2024 Mulai Terbang ke Lombok, Pimpinan Klasemen Sudah di Bali
- Terapkan Cofiring, PLTU Jeranjang Turut Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Lombok
- Pimpinan Pesantren di Lombok Barat Cabuli 4 Santriwati
- Keracunan Makanan, Belasan Siswa SD di Lombok Tengah Harus Dirawat
- Satu per Satu Para Penjahat di Lombok Ditangkap