Kudeta

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kudeta
Italia, juara EURO 2020. Foto: Twitter@EURO2020

jpnn.com - Mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Kudeta Maracana akhirnya menular ke Wembley.

Lionel Messi mengakhiri kutukan tidak pernah memenangi piala untuk timnas Argentina. Sebaliknya, timnas Inggris memperpanjang kutukan 56 tahun tidak pernah juara turnamen besar.

Pelesetan suporter Italia "Football Coming Rome" menjadi kenyataan. Italia melakukan kudeta tidak berdarah dengan mengalahkan tuan rumah Inggris 3-2 (1-1) melalui drama adu penalti yang menyesakkan dada Senin (12/7) dini hari WIB.

"Lagu kebangsaan" timnas Inggris "Football Coming Home" tidak jadi dikumandangkan, mungkin untuk waktu yang sangat lama.

Trauma ini akan berkepanjangan. Pemain-pemain dan seluruh pendukung Inggris tidak akan mau menonton ulang rekaman pertandingan itu beberapa waktu ke depan. Namun, detik-detik yang penuh kepedihan itu akan secara otomatis di-rewind dalam otak mereka sampai kapan pun.

Mereka akan membayangkan lagi bagaimana pada menit ke-2--ketika semua orang masih belum jenak di tempat duduknya—Luke Shaw merangsek ke kotak penalti Italia, lalu menyongsong bola forset dari Raheem Sterling dengan tendangan first time keras mendatar.

Kiper Gianluigi Donnarumma—yang jago dalam bereaksi—terpaku dan terpana, tidak mampu menjangkau tendangan itu.

Satu gol yang membuat seisi stadion meledak, dan suporter Italia terhenyak. Kira-kira selama 20 menit kemudian Inggris mengendalikan permainan. Raheem Sterling mengacak-acak pertahanan lawan, dan Calvin Phillips bersama Declan Rice mengontrol lapangan tengah.

Tiga algojo yang dipilih Gareth Southgate adalah anak-anak kecil. Belum jangkap nyawanya ketika ditunjuk sebagai algojo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News