Kuku Mulut
Oleh: Dahlan Iskan
Bagi yang pernah ke Australia tentu merasakannya. Terutama penumpang dari Indonesia. Yang suka ke sana membawa sambal. Atau petai. Atau makanan pujaan lainnya. Tas Anda pasti dibongkar habis. Disita semua.
Itu bagian dari pengamanan ternak Australia atas penularan PMK. Selandia Baru lebih ketat lagi.
"Tingkatnya sudah seperti paranoid," ujar sumber Disway yang pernah ke sana. Tapi ia memuji semua itu.
Ketergantungan Selandia Baru akan peternakan memang sangat tinggi. Gagal menjaga penularan PMK sama dengan terjadi aorta dissection di ekonominya.
Sementara di kita: Anda sudah tahu. Apa saja bisa lolos ke Indonesia –beserta sekalian dengan orang-orangnya. Maka penularan kembali PMK ke Indonesia, mestinya, seperti satu keniscayaan.
Keniscayaan itu seperti kanker. Penderitanya sering bersikap denial. Di awalnya. Tidak mau mengakui apa adanya. Ada unsur gengsi untuk membukanya. Ada unsur malu.
Pun PMK.
Saya menghubungi dokter hewan yang Anda sudah tahu: drh Indro Cahyono. Ia punya cerita menarik. Khas Indro. Yang pernah jadi juara lawak sewaktu di SMAN 3 Semarang.