Kuliahkah di Lebanon
Oleh Dahlan Iskan
“Di dalam mimpi, pak,” kata Ahmad Syarif sambil tertawa. Alumnus Tebu Ireng Jombang itu. Asal Makassar itu. Yang lain ikut tertawa. Seru.
Di depan kami pun ada barang tumpah. Makanan gaya Hadramaut: nasi mandi. Di beberapa nampan.
Ada yang di atasnya gumpalan-gumpalan kambing. Ada juga onggokan-onggokan ayam. Ada pula lembaran-lembaran ikan. Lengkap dengan aksesorinya: nampan-nampan yang saladnya membukit di atasnya. Bundaran-bundaran roti. Butiran-butiran zaitun. Dan entah apa lagi.
Tapi yang lebih banyak lagi pertanyaan: tentang masa lalu saya. Saya menghindari pertanyaan seperti itu. Lebih baik bicara tentang masa depan mereka.
Ternyata ada 92 mahasiswa Indonesia di Lebanon. Di berbagai kota. Dari jumlah itu ada dua yang wanita. Salah satunya Lya. Yang ikut datang ke resto ini. Dari kota Tripoli. Juga hampir tiga jam dari Beirut.
Yang enam orang lagi mahasiswa Syiah. Asal Malang. Kuliahnya di dekat masjid tempat saya Jumatan itu.
Di Malang satu keluarganya Syiah semua. “Yang Pak Dahlan ke masjid itu, itu bukan Jumatan. Itu salat duhur. Karena itu empat rakaat,” kata Hasan Fadlullah. Yang duduk di depan saya. “Jumatannya di masjid satunya,” tambahnya.
Terima kasih keterangannya.