Kuliahkah di Lebanon

Oleh Dahlan Iskan

Kuliahkah di Lebanon
Dahlan Iskan (nomor 2 dari kiri) bersama para mahasiswa Indonesia di Lebanon saat makan malam bersama di sebuah restoran di Beirut. Foto: Instagram/dahlaniskan19

Hilangkan penasaran saya. Tentang empat rakaat hari itu. Di wilayah Syiah memang berlaku: di satu kota hanya satu masjid yang menyelenggarakan Jumatan.

Masjid lain cukup salat zuhur. Yang didahului khotbah. Sebetulnya masjid lain boleh juga Jumatan. Asal berjarak paling tidak 5 Km jauhnya.

Terjawab juga penasaran saya. Saat ke Iran dulu: mengapa di seluruh Teheran hanya satu masjid yang Jumatan. Itu pun hukumnya tidak wajib (sunnah). Sejak imam Syiah dalam status gaib. Setelah imam ke 12 meninggalkan dunia.

Selebihnya adalah mahasiswa Sunni. Itulah sebabnya. Lokasi kuliah mereka umumnya di wilayah Lebanon Utara. Basis Sunni.

Bahkan ada yang di wilayah Hizbut Tahrir. Yang di situ pun. Paling rajin mengibarkan benderanya.

“Kami ini belajar hidup di tengah banyak aliran,” kata mereka.

Di Lebanon, partai komunis pun ada. Tidak dilarang. Tapi juga tidak laku. Paling demo-demo. Seperti pekan lalu. Saat penyusunan kabinet gagal lagi. Setelah delapan bulan pemilu.

Kuliah di Lebanon ini banyak yang bisa mereka banggakan. Ilmu agamanya tidak kalah. Ilmu toleransinya sangat tinggi.

Tinggal di Lebanon berarti hidup di tengah banyak aliran. Wilayah Hizbut Tahrir ada. Partai komunis pun ada. Tidak dilarang. Tapi juga tidak laku. Paling demo.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News