Kumpulkan Anak-Anak Marjinal untuk Berbagi Pengalaman Hidup
jpnn.com - JAKARTA - Sejumlah anak-anak remaja korban konflik, kemiskinan, perdagangan manusia dan termarjinalkan dari beberapa negara Asia berkumpul di Yogyakarta pada gelaran Wadah Global Gathering (WWG) yang dimulai Rabu (18/3) hingga besok (20/3). Anak-anak remaja itu datang dari Indonesia, Nepal, India, Bhutan, Afghanistan dan Filipina.
Ajang yang digelar Yayasan Wadah Titian Harapan itu merupakan wadah untuk mereka berbagi pengalaman soal cara bertahan serta melawan tantangan hidup untuk tetap maju meraih harapan dan impian. Tema yang diusung dalam pertemuan kali ini adalah soal pendidikan.
Dalam sambutannya saat pembukaan, penggagas WGG Anie Hashim menyatakan perlunya mengerti dan menerima mereka apa adanya. Menurutnya, dengan menghargai dan peduli maka mereka dapat dididik ke arah yang lebih baik.
“Pengalaman di lapangan menunjukan bahwa kegiatan pendidikan yang transformatif menuju sebuah pembaharuan bagi anak-anak termarjinalkan memerlukan keterbukaan dan kepedulian yang dalam agar mereka tetap menjadi pusat dan subyek pembaharuan,” kata Anie, yang juga pendiri Yayasan Wadah Titian Harapan dalam keterangannya, Kamis (19/3).
Ajang itu juga menghadirkan pemenang Ramon Magsaysay Award, Dr Sima Samar sebagai pembicara kunci. Untuk melengkapi dan memperkaya presentasi utama dari anak-anak remaja ini dihadirkan pula pejuang kemanusiaan.
Beberapa tokoh yang dihadirkan adalah tokoh-tokoh peraih penghargaan international seperti Efren Penaflorida (Dynamic Teen Company, Philippines), Anuradha Koirala (Maiti, Nepal), Robin Lim (Bumi Sehat, Indonesia), dan Pushpa Basnet (Early Childhood Development Center), serta pemenang 2012 Children’s International Peace Prize Kesz Valdez (Championing Community Children, Philippines). Mereka akan menyampaikan berbagi informasi dan refleksi dari pengalaman nyata mereka menangani anak-anak remaja termarjinalkan.
WGG 2015, diselenggarakan oleh Yayasan Wadah Titian Harapan dengan menggandeng Saksham (India), ECDC (Nepal), Gita Eklesia (Indonesia), Maiti Nepal (Nepal), Udayan Care (India), Shuhada Organization (Afghanistan), SOS Desa Taruna (Indonesia), Tarayana Foundation (Bhutan), Tuloy Foundation (Philippines), Championing Community Children (Philippines), dan Raise A Village Program, Inc. (Philippines).
WGG kali ini diikuti oleh lebih dari 220 peserta yang berasal dari 16 negara di dunia, seperti Inggris, Swiss, Polandia, Spanyol, Perancis, Amerika Serikat, Bhutan, Afganistan, Australia, Korea Selatan, Nepal, India, Filipina, Malaysia, Singapore dan Indonesia.
JAKARTA - Sejumlah anak-anak remaja korban konflik, kemiskinan, perdagangan manusia dan termarjinalkan dari beberapa negara Asia berkumpul di Yogyakarta
- Tingkatkan Bantuan Pengamanan, PTPN IV Jalin MoU dengan Polda Sumut
- AKP Dadang Iskandar Pembunuh Kasat Reskrim Polres Solok Selatan Terancam Dihukum Mati
- Pertamina Patra Niaga Uji Penggunaan Bioethanol E10 Bersama Toyota dan TRAC
- Polisi yang Ditembak Mati Rekan Sendiri Dapat Kenaikan Pangkat Anumerta dari Kapolri
- Sekte Indonesia Emas Dideklarasikan Untuk Mewujudkan Perubahan Sosial
- PFM Tegaskan Ada 15 Kementerian dan 28 Badan Teknis yang Perlu Diawasi