Kunci Pintu

Oleh: Dahlan Iskan

Kunci Pintu
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Kalau sempat ada yang mengharamkan sepak bola itu karena bola dibayangkan sebagai kepala Husein.

Pintu menuju Tuhan itu dibawa ke Indonesia setelah sekian generasi mursyid berikutnya. Yakni sejak pintu ke-34. Semua nama yang jadi pintu itu selalu didoakan dalam ritual tawasul oleh pengikut Qadiriyah Naqsabandiyah.

Beberapa nomor pintu yang terkenal Anda juga sudah tahu: Zainal Abidin, anak Husein dan Syekh Abdul Qadir Jailani, pintu ke-19.

Saya pernah ke makam Syekh Abdul Qadir Jailani di Baghdad. Juga ke makam Husein dan saudaranya, Hasan, di Kufah. Lewat Karbala. Saya selalu terharu membaca sejarah yang penuh tragedi di kawasan itu.

Tentu aliran tarekat yang lain juga memiliki pintu-pintunya sendiri. Banyak yang merasa mendapat amanah sebagai pemegang kunci pintu itu dari pemegang sebelumnya.

Mereka juga merasa sebagai pemegang kunci pintu yang paling asli. Begitulah natural di kalangan tarekat. Terpecah-pecah. Terbagi-bagi. Bersel-sel. Kian ke bawah pecahannya kian banyak.

Setidaknya ada 47 aliran tarekat yang dianggap muktabarah di Indonesia. Sisi baiknya: mereka mau bergabung ke dalam asosiasi tarekat muktabarah Indonesia. Ketuanya: KH Habib Luthfi Pekalongan. Anggota aliran tarekat itu punya pintu sendiri-sendiri di rumah yang satu.

Kelompok yang paling anti tarekat punya kata ejekan yang menyakitkan: mau berhubungan dengan Tuhan saja kok lewat calo. Kenapa tidak langsung saja. Seorang mursyid, sebagai pemegang kunci, dianggap calo Tuhan.

Sejak itu tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah selalu mendukung pemerintah, Golkar. Kali ini, saya lihat spanduk besar Anies Baswedan di seberang Sirna Rasa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News