Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (2)

Penjarakan Polisi Korup, Bikin Kota Makin Hidup

Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (2)
TOKOH REFORMASI: Anthony Radosti (kiri), mantan detektif polisi yang kini menjadi direktur MCC New Orleans, bersama Arif Afandi. Foto: Arif Afandi for Jawa Pos
Radosti pernah memenjarakan komandan biro detektif New Orleans Police Department (NOPD). Petinggi polisi itu bernama Saacs. Digambarkan bahwa Saacs adalah pejabat polisi yang sangat berkuasa. Bahkan, kekuasaannya lebih berpengaruh dibanding atasannya, kepala NODP.

Dengan 250 anak buah, Radosti bisa berbuat apa saja. Tidak jarang dia menanam barang bukti baru kepada tersangka atau orang yang menjadi targetnya.  "Saat dipimpin Saacs, bagian detektif NOPD seperti unit preman," kata Radosti berapi-api.

Dengan bantuan FBI (Federal Bureau of Investigation), dia baru berhasil memerkarakan koleganya itu setelah pensiun dari kepolisian. Melalui proses panjang, komandan detektif yang disebut Radosti sebagai pejabat polisi korup itu akhirnya terguling pada 2002. Dia terbukti melakukan berbagai tindak kejahatan. Sanksinya, pangkatnya diturunkan, lalu dipecat dari kepolisian, dan terakhir masuk penjara.

Meski begitu, kondisi Kota New Orleans tak lantas berubah menjadi aman setelah Saacs dihukum berat. Kebobrokan itu mencapai puncaknya ketika badai Katrina menghantam kota ini pada 2005. Seperti diketahui, saat badai Katrina mengamuk dan memorak-porandakan New Orleans, terjadi chaos di mana-mana.

Kota New Orleans ternyata punya sejarah buruk dengan polisi dan birokrasi. Cerita polisi yang membunuh warga sipil, aparat yang berpendidikan rendah,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News