Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (2)

Penjarakan Polisi Korup, Bikin Kota Makin Hidup

Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (2)
TOKOH REFORMASI: Anthony Radosti (kiri), mantan detektif polisi yang kini menjadi direktur MCC New Orleans, bersama Arif Afandi. Foto: Arif Afandi for Jawa Pos
Karena itu, besaran pajak setiap negara bagian berbeda. Misalnya, di Florida 6 persen, Louisiana 4 persen, Utah 4,7 persen, California 7,5 persen, dan New York 8,5 persen. Berbagai fasilitas juga disediakan secara gratis. Seperti di Salt Lake City Utah, angkutan masal tak berbayar. Setiap hari ada trem yang bisa dimanfaatkan dengan gratis. Bila hari libur, ada bus yang akan membawa warga keliling antarpusat perbelanjaan.

Begitulah, setelah diterjang badai Katrina, warga New Orleans menginginkan terjadinya perubahan dalam tata pengelolaan kota. Dan, perubahan itu dimulai dengan terpilihnya wali kota baru, dua tahun setelah badai. Wali kota terpilih itu kemudian mereformasi berbagai bidang. Mulai kepolisian, kejaksaan, dan jajaran birokrasi. Lembaga baru untuk mengawasi kinerja birokrasi juga dibentuk. Akses warga ke pemerintahan kota dibuka lebar.

Beberapa LSM yang mengontrol kinerja pemerintah dan kepolisian bermunculan. Wali kota dan kepolisian tidak bisa lagi seenaknya menjalankan fungsi pemerintahan seperti sebelum terjadi badai Katrina. Karena itu, tingkat tanggung jawab para pejabat dan aparat lebih berat.

Beberapa saat setelah badai, lebih dari separo pegawai kota dipecat. Ini setelah kota itu bangkrut dan tak kuat membayar gaji para pegawai.

Kota New Orleans ternyata punya sejarah buruk dengan polisi dan birokrasi. Cerita polisi yang membunuh warga sipil, aparat yang berpendidikan rendah,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News