Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (2)

Penjarakan Polisi Korup, Bikin Kota Makin Hidup

Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (2)
TOKOH REFORMASI: Anthony Radosti (kiri), mantan detektif polisi yang kini menjadi direktur MCC New Orleans, bersama Arif Afandi. Foto: Arif Afandi for Jawa Pos
Namun, kini kota itu hidup kembali. Pemerintah mulai merekrut pegawai baru dengan kualifikasi yang lebih baik. Juga menambah aparat kepolisian yang sebelumnya ikut dipangkas. "Sekarang polisinya jauh lebih bagus. Apalagi, gaji mereka juga sudah dinaikkan dan cukup untuk hidup layak," kata Radosti.

Letnan Richard William dari Public Integrity Bureau NOPD menjelaskan, gaji terendah polisi New Orleans sekarang USD 4 ribu (sekitar Rp 38 juta dengan kurs USD 1 = Rp 9.600) per tahun atau sekitar Rp 3,2 juta per bulan. Gaji itu belum termasuk upah lembur yang standarnya di atas USD 10 setiap jam. Gaji tersebut juga belum termasuk hak pensiun dan jaminan kesehatan mereka.

Dengan berbagai langkah itu, kehidupan di New Orleans kini lebih baik dibanding sebelum amuk badai Katrina. Kawasan wisata di kota ini mulai dijejali pengunjung. Kehidupan di pusat kota makin menggeliat. Para musisi memperoleh kebebasannya kembali untuk berekspresi. Di sepanjang Bourbon Street dan sekitar French Market orang berlalu lalang menikmati malam di bar dan kafe dengan sajian musik blues dan jazz.

Setiap saat, polisi berpatroli di blok-blok yang ramai pengunjung. Tampak beberapa orang membuat karnaval kecil keliling kota. Dengan bus terbuka mereka menari mengikuti iringan musik yang disetel keras-keras sambil melempar kalung ronce plastik yang biasa dipakai dalam karnaval Mardi Gras pada setiap Februari.

Kota New Orleans ternyata punya sejarah buruk dengan polisi dan birokrasi. Cerita polisi yang membunuh warga sipil, aparat yang berpendidikan rendah,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News