Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (3-Habis)
Warga Bangkit saat Kota Akan Dibubarkan
Minggu, 23 Desember 2012 – 02:52 WIB
Geliat ekonomi tersebut juga saya rasakan selama empat hari berada di kota ini. Banyak kegiatan konferensi internasional berlangsung di sini. Penerbangan dari dan menuju New Orleans selalu penuh. Jalanan pada jam-jam berangkat dan pulang kerja juga macet.
"Beberapa tahun terakhir jalanan di sini macet pada jam-jam tertentu. Bikin boring (membosankan, Red)," kata Enrico, sopir taksi asal Puorto Rico, yang sudah tiga tahun bekerja di New Orleans.
Pembangunan fisik kota tampak di mana-mana, terutama di pusat kota. Selain merupakan program kerja pembangunan tahunan, New Orleans sedang menyiapkan diri menjadi tempat perhelatan liga nasional football tahun depan.
Dengan APBD USD 1 miliar atau hampir Rp 10 triliun per tahun, New Orleans berusaha bangkit dari keterpurukan akibat bencana. Hanya, meski anggaran belanja pemerintah kotanya mencapai hampir Rp 10 triliun "bandingkan dengan APBD Surabaya yang Rp 5 triliun untuk 3 juta penduduk" gedung Balai Kota New Orleans sangat jelek untuk ukuran Amerika. Dari luar tampak kumuh dan kurang terawat. Beberapa bagian lantai dan plafonnya dibiarkan cuwil dan catnya mengelupas.
Badai Katrina membawa hikmah bagi imigran asal Vietnam yang tinggal di wilayah timur New Orleans. Jumlahnya sekitar 10 ribu jiwa. Berikut catatan
BERITA TERKAIT
- Eling Lan Waspada, Pameran Butet di Bali untuk Peringatkan Melik Nggendong Lali
- Grebeg Mulud Sekaten, Tradisi yang Diyakini Menambah Usia dan Menolak Bala
- AKBP Condro Sasongko, Polisi Jenaka di Tanah Jawara
- MP21 Freeport, Mengubah Lahan Gersang Limbah Tambang Menjadi Gesang
- Sekolah Asrama Taruna Papua, Ikhtiar Mendidik Anak-anak dari Suku Terpencil Menembus Garis Batas
- Kolonel Zainal Khairul: Pak Prabowo Satuan Khusus, Saya Infanteri dari 408