Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (3-Habis)

Warga Bangkit saat Kota Akan Dibubarkan

Kunjungi New Orleans Tujuh Tahun setelah Hancur Dihantam Badai Katrina (3-Habis)
KOTA MUSIK: Pemandangan di kawasan French Market, New Orleans. Warga bisa menikmati musik blues di pinggir jalan. Foto: Arif Afandi for Jawa Pos
Geliat ekonomi tersebut juga saya rasakan selama empat hari berada di kota ini. Banyak kegiatan konferensi internasional berlangsung di sini. Penerbangan dari dan menuju New Orleans selalu penuh. Jalanan pada jam-jam berangkat dan pulang kerja juga macet.

"Beberapa tahun terakhir jalanan di sini macet pada jam-jam tertentu. Bikin boring (membosankan, Red)," kata Enrico, sopir taksi asal Puorto Rico, yang sudah tiga tahun bekerja di New Orleans.

Pembangunan fisik kota tampak di mana-mana, terutama di pusat kota. Selain merupakan program kerja pembangunan tahunan, New Orleans sedang menyiapkan diri menjadi tempat perhelatan liga nasional football tahun depan.

Dengan APBD USD 1 miliar atau hampir Rp 10 triliun per tahun, New Orleans berusaha bangkit dari keterpurukan akibat bencana. Hanya, meski anggaran belanja pemerintah kotanya mencapai hampir Rp 10 triliun "bandingkan dengan APBD Surabaya yang Rp 5 triliun untuk 3 juta penduduk" gedung Balai Kota New Orleans sangat jelek untuk ukuran Amerika. Dari luar tampak kumuh dan kurang terawat. Beberapa bagian lantai dan plafonnya dibiarkan cuwil dan catnya mengelupas.

Badai Katrina membawa hikmah bagi imigran asal Vietnam yang tinggal di wilayah timur New Orleans. Jumlahnya sekitar 10 ribu jiwa. Berikut catatan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News